HARDIKNAS : “Ayo Kerja, Inovatif dan Kompetitif”

SENIN 02 Mei 2016 pukul 08.00 WIB, segenap pimpinan, dosen dan tenaga kependidikan serta mahasiswa Universitas Bengkulu menggelar upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Acara ini dipimpin langsung oleh Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, M.Sc selaku Pembina upacara.

IMG_7163

Upacara ini diwarnai pengibaran Bendera Merah Putih oleh petugas upacara dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dilanjutkan pembacaan Pancasila, dan UUD 1945. Pada sesi amanat, Rektor UNIB membacakan sambutan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir.

Dalam sambutan itu dijelaskan, tanggal 02 Mei yang kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional merupakan hari lahir Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia yang pemikirannya menjadi benih bertumbuhnya pendidian Indonesia. Ki Hajar Dewantara mengumandangkan pemikirannya tentang pendidikan Indonesia, yaitu Ing Ngarso Sing Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani, dan menerapkannya dalam sekolah Taman Siswa. Inisiatif tersebut menjadi awal bentuk reformasi pendidikan di Indonesia.

IMG_7183

Hardiknas kita peringati bukan hanya untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan seluruh pejuang pendidikan yang patut kita kenang dan hargai. Namun, juga untuk merefleksikan tentang beragam upaya yang telah dan sedang kita lalukan dalam menjalankan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.

Dalam bingkai pikir tersebut, maka Hardiknas kali ini kita peringati dengan tema “Ayo kerja, inovatif dan kompetitif.” Tema tersebut merupakan seruan bagi seluruh kalangan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk melakukan reformasi pendidikan tinggi, sebagaimana telah dimulai oleh Bapak Pendidikan kita. Reformasi pendidikan tinggi merupakan suatu keniscayaan pada saat ini, ketika kita menghadapi beragam tantangan luar biasa dalam skala lokal, nasional, maupun global.

IMG_7170

Pada tahun 2015, menurut World Economic Forum, indeks inovasi Indonesia mencapai 4,6 atau peringkat 30 dunia, sedangkan indeks inovasi pendidikan tinggi adalah 4,0 atau peringkat 60 dunia. Kita masih perlu bekerja secara inovatif, sehingga kita bisa meningkatkan peringkat indeks indovasi pendidikan tinggi Indonesia di tingkat 56 pada tahun 2020. Indeks ini menunjukkan bahwa masih banyak inovasi dan teknologi yang perlu kita hasilkan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Selanjutnya, globalisasi juga telah meningkatkan kompetisi di tingkat institusi, nasional dan internasional. Pada saat ini, indeks daya saing Indonesia yang diukur dari indikator “higher education adn training” menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2015 Indonesia menduduki peringkat 60 dengan indeks daya saing yang sama 4,5. Artinya, ada lebih banyak negara lain yang mencapai indeks daya saing lebih baik dari Indonesia, sehingga peringkat Indonesia menurun.

Hal ini tidak boleh kita biarkan begitu saja. Ayo kita kerja secara inovatif dan kompetitif untuk menghasilkan SDM IPTEK terampil serta inovasi dan teknologi yang berdaya saing sebagai tujuan utama pendidikan tinggi kita. Dalam bingkai daya saing ini, kita tidak bisa menjalankan pendidikan tinggi dengan cara dan kualitas yang telah kita lalukan selama ini untuk menjawab tantangan masa depan. Karena kualitas yang kita capai di hari kemarin sangatlah berbeda dengan kualitas yang harus kita capai di hari esok dalam kecepatan pencapaian yang berbeda pula.

Kerjasama menjadi salah satu strategi dalam bingkai “competitiveness” untuk mencapai kualitas pendidikan tinggi yang diakui dalam berbagai kalangan secara global. Kerjasama memperkuat kapasitas kita masing-masing menjadi kapasitas yang lebih besar dalam menciptakan inovasi dan teknologi yang lebih baik lagi. Pertukaran mahasiswa dan dosen, kerjasama penelitian dan publikasi ilmiah, sudah seharusnya menjadi bagian dari reformasi pendidikan tinggi kita.

Proses reformasi pendidikan tinggi tidak mungkin dijalankan oleh Pemerintah saja, atau satu pihak saja. Jumlah perguruan tinggi yang mencapai 4438, mahasiswa yang berjumlah lebih dari 7 juta, dan dosen yang berjumlah sekitar 300.000 merupakan kekayaan yang kita miliki. Untuk menjalankan reformasi dalam skala makro seperti itu, dibutuhkan kerjasama antar institusi pendidikan tinggi, institusi riset, berbagai unit pemerintah lainnya, sektor industri dan swasta, serta pemangku kepentingan lainnya.

Dalam bingkai tersebut, saya mengundang berbagai pihak untuk dapat berpartisipasi dan berkontribusi secara nyata dalam proses reformasi pendidikan tinggi kita menjadi pendidikan tinggi yang inovatif dan kompetitif.

“Mari kita wujudkan cita-cita pembangunan pendidikan tinggi Indonesia dengan semangat reformasi pendidikan yang digulirkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia dan tokoh-tokoh pendidikan lainnya untuk menjalankan beragam upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi kita secara berkelanjutan,” demikian sambutan tertulis Prof. M. Nasir yang dibacakan Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi. Selamat Memperingati Hardiknas ! [Penulis ; Purna Herawan. Foto : Ngamarudin]