Suasana hangat terasa di ruang rapat utama Gedung Layanan Terpadu Universitas Bengkulu (Unib), Selasa siang (19/8/2025). Para dosen peneliti dan mahasiswa tampak antusias menyambut kehadiran Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), Prof. Stella Christie, Ph.D, yang datang khusus untuk berdialog sekaligus melihat lebih dekat geliat riset di kampus hijau ini.



Kunjungan Prof. Stella disambut hangat oleh rektor, wakil rektor, ketua senat dan dekan selingkung Unib.(hms1)
Dalam pertemuan tersebut, Prof. Stella menyampaikan apresiasi mendalam atas capaian penelitian yang telah dilakukan Unib. “Saya sangat mengapresiasi pemaparan hasil penelitian Unib yang disampaikan Ketua LPPM tadi. Fokus, relevan, dan sesuai konteks lokal Bengkulu. Itu luar biasa,” ungkapnya.
Menurutnya, sesuai amanah Presiden Prabowo Subianto, pembangunan bangsa ke depan harus ditopang oleh fondasi sains dan teknologi yang kokoh. Salah satu jalannya adalah melalui keunggulan riset di setiap universitas. “Itulah mengapa setiap kali saya berkunjung ke kampus, saya ingin mendengar langsung apa yang sudah dikerjakan peneliti kita. Dan di Unib, saya benar-benar terpesona,” ujarnya.



Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri berterima kasih dan mengapresiasi kunjungan Wamen Diktisaintek.(hms1)
Prof. Stella menilai keunggulan Unib terletak pada fokus riset yang jelas, yaitu pengelolaan hutan hujan tropis dan pesisir pantai. Fokus tersebut bukan hanya relevan dengan kekayaan alam Bengkulu, tapi juga sejalan dengan tagline “Riset Lokal untuk Ekonomi Lokal” yang diusung Kemendiktisaintek.
“Fokus pada kekuatan lokal inilah yang membuat riset Unib istimewa. Karena riset yang menjawab tantangan lokal, itulah yang pada akhirnya membangun ekonomi daerah,” tegasnya.



Ketua LPPM Unib Dr. Hery Suhartoyo ketika memaparakan hasil riset Unib.(foto:hms1)
Yang tak kalah membanggakan, lanjut Prof. Stella, Unib telah melahirkan peneliti-peneliti dengan reputasi internasional. Sebut saja julukan “Profesor Rafflesia” dan “Profesor Kutu Putih” yang lahir dari riset mendalam tentang flora dan fauna khas Bengkulu.
“Julukan semacam ini adalah kebanggaan. Karena siapapun di dunia yang ingin tahu soal Rafflesia, Kutu Putih, atau hutan hujan tropis, mereka akan datang ke Universitas Bengkulu. Ini sangat keren,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.



Prof. Stella Christie ketika mengapresiasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan para dosen Unib.(foto:hms1)
Wamen Diktisaintek menegaskan, pihaknya akan mendorong penguatan riset Unib agar semakin berdaya saing global. Ia juga mengungkapkan bahwa dalam sepuluh bulan terakhir, Kemendiktisaintek berhasil meningkatkan dana riset hingga 85 persen, serta memperjuangkan regulasi agar peneliti penerima dana LPDP memperoleh insentif langsung.
Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc, menyampaikan rasa bangga atas kunjungan ini. “Kami berterima kasih atas perhatian Ibu Wamen. Penelitian di Unib memang terus diarahkan agar menghasilkan inovasi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah,” ujarnya.



Prof. Stella Christie ketika menyampaikan rasa bangganya atas hasil penelitian dilakukan dosen Unib.(foto:hms1)
Dialog yang dipandu Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Lisa Adhrianti, S.Sos, M.Si, berlangsung penuh semangat dan kekeluargaan. Hadir pula Ketua Senat, para dekan, pimpinan unit kerja, serta mahasiswa dari berbagai fakultas.
Ketua LPPM Unib, Dr. Ir. Hery Suhartoyo, M.Sc, menambahkan bahwa riset di Unib dikelola melalui delapan skema dan lima kelompok riset, dengan arah yang jelas menuju hilirisasi. Sejumlah inovasi bahkan sudah dikomersialisasi, mulai dari varietas jagung hibrida dan cabai, penelitian Rafflesia bersama Oxford, hingga temuan spesies baru serangga dan mesin roasting kopi otomatis yang mendukung UMKM.

Penelitian di Pulau Enggano, konservasi kura-kura Sumatera, hingga desain kerajinan bambu berbasis kearifan lokal, menjadi bukti betapa luasnya jangkauan riset Unib. “Kami menargetkan setiap penelitian menghasilkan paten dan berkontribusi nyata. Dengan dukungan pemerintah, kami optimis,” tegas Dr. Hery.
Di akhir kunjungan, Prof. Stella kembali menegaskan optimismenya. “Fokus, berbasis lokal, dan sudah terhubung dengan dunia internasional. Itu kekuatan riset Unib yang patut dibanggakan. Kami siap mendorong agar penelitian di Unib berkembang lebih pesat lagi,” pungkasnya. [Purna Herawan | Humas].