Seminar Internasional RENPER : Upaya Pengentasan Kemiskinan

TAHUN ini, UNIB selaku pendiri Regional Network on Poverty Eradication (RENPER), menyelenggarakan seminar internasional tentang pengentasan kemiskinan dalam format RENPER.

Acara dibuka resmi oleh Ketua RENPER, Prof. Ibrahim Che Umar, Senin (15/10) diawali dengan pemaparan makalah utama pada plenary session oleh Prof. Ibrahim Che Umar, Presiden University Malaysia Kelantan selaku ketua RENPER, Prof. Suahasil Nazara selaku koordinator kelompok kerja kebijakan sekretariat Kantor Wakil Presiden untuk Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Irman Lanti Asisten Direktur UNDP Indonesia, dan Dr. Touch Visalsok, Presiden Universitas Battambang Kamboja.

Masing-masing pemakalah memaparkan tentang kemiskinan dan bagaimana upaya penanggulangannya melalui perspektif dan pengalaman masing-masing negara. Prof. Ibrahim, misalnya. Ia memaparkan makalah tentang kemiskinan dalam perspektif sebagai ketua RENPER dengan pengalaman di Malaysia. Melalui makalahnya yang berjudul RENPER : The Way Forward, Prof. Ibrahim menjelaskan latar belakang berdirinya RENPER, tujuan RENPER, langkah ke depan, pengalaman di Malaysia dan kolaborasi yang bisa dilakukan.

Menurut Prof. Ibrahim Che Umar, peran dunia akademik dalam pengentasan kemiskinan adalah melalui beberapa hal seperti berperan dalam pendidikan informal, transfer teknologi, program pengembangan keterampilan, pengabdian kepada masyarakat, jasa konsultasi, riset dan inovasi, dan tentu saja pendidikan formal. Kesemua itu harus dibarengi dengan inisitaif pemerintah dalam program-program pengentasan kemiskinan, paparnya.

Pemakalah kedua, Prof. Suahasil Nazara, dengan makalah berjudul Proverty Alleviation in Indonesia and Roles of University, menyampaikan perlunya intervensi penganggulangan kemiskinan di tiga cluster, yaitu cluster regional melalui pengembangan ekonomi regional melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi penanaman modal dan program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Cluster kedua masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat berupa peningkatan partisipasi dan modal sosial masyarakat, misalnya melalui PNPM. Ketiga adalah kelompok rumah tangga atau keluarga yang penanggulangannya melalui bantuan sosial seperti program jamkesmas, Bantuan langsung Tunai, Raskin, dan lain-lain.

Selanjutnya, Prof. Suahasil Nazara menyebutkan ada 4 strategi penting untuk pengentasan kemiskinan, yaitu melalui social protection, poverty alleviation, community empowerment, dan shared growth. 

Irman Lanti selaku wakil UNDP Indonesia menekankan perlunya memikirkan kembali upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan. Beberapa gagasannya adalah dengan membuka wacana pengentasan kemiskinan yang berpusat pada pembangunan yang inklusif dan akhir dari eksklusi sosial, perubahan struktural yang melibatkan transformasi perubahan ekonomi yang low-production dan low-technology menjadi ekonomi yang melibatkan dinamika teknologi dan keterampilan; mempertimbangkan status pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan transformasi struktural yang meliputi pembangunan inklusif; dan kohesitas kebijakan yang dibuat sehingga tidak bertentangan dengan tujuan pengentasan kemiskinan, terutamanya dalam makroekonomi dan mikroekonomi.

Terakhir adalah Dr. Touch Visalsok, Presiden Universitas Battambang, memaparkan tentang pengentasan kemiskinan di Kamboja. Menurutnya, kemiskinan di Kamboja menurun 1 persen per tahun. Upaya ini dilakukan bersama-sama antara pemerintah dengan perguruan tinggi melalui Tridharma Perguruan Tinggi.[hms]