Sekilas Riwayat Hidup 4 Profesor UNIB yang Baru Dikukuhkan

REKTOR UNIB Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc didampingi Ketua Senat Universitas Ir. Nusril, MMA melakukan pengukuhan 4 Guru Besar di ruang rapat utama rektorat UNIB, Kamis (26/9/2019). Keempat Guru Besar itu adalah expert bidang Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan ahli bidang pertanian khususnya teknologi hasil hutan dan pengendalian gulma.

Siapa dan seperti apa riwayat hidup keempat Guru Besar bergelar Profesor tersebut ? Berikut ulasan singkatnya.

Prof. Morina Adfa

Dimulai dari yang berusia termuda, yaitu Prof. Dr. Morina Adfa, S.Si, M.Si. Dia adalah perempuan berdarah suku Minang, kelahiran Talang-Solok, 31 Oktober 1973 dan sekarang menjabat sebagai Ketua Program Studi S1-Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNIB.

Dalam keluarga, Prof.  Morina adalah anak tertua dari enam bersaudara, anak dari Irfan Raja Kaciak (Alm) dan Andriani. Dia memiliki putri tunggal bernama Hanifah Najwa Subra yang merupakan buah kasih dengan suami tercintanya Novi Subra, SE. Saat ini keluarga bahagia ini bermukim di Perumahan Alkautsar 2 Block C1 No. 9 Kelurahan Bentiring Permai, Kota Bengkulu.

Prof. Morina Adfa pertama kali mengenyam pendidikan formal di TK Pertiwi Talang-Solok, Sumatera Barat pada tahun 1979-1980. Lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) yang berpindah-pindah, yaitu SDN No. 3 Talang, SDN No. 1 Talang, SD Inp. 76/78 dan SD Inp 75/77 Talang. Perpindahan ini mengikuti perpindahan tugas orang tuanya semasa itu.

Kemudian, untuk jenjang SMP ditamatkan di SMPN Talang pada tahun 1989, jenjang SMA ditamatkan di SMAN 1 Padang pada tahun 1992, lalu melanjutkan studi Sarjana (S1) di Jurusan Kimia Universitas Andalas – Padang pada tahun 1992 hingga 1997.

Setelah menyandang gelar S.Si, pada tahun 1998 Dia melanjutkan studi S2 Jurusan Kimia di universitas yang sama dan berhasil meraih gelar M.Si pada tahun 2001 dengan Tesis berjudul “Isolasi Kumarin dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina Linn)”.

Lalu, pada tahun 2009 perempuan energik yang banyak melakukan penelitian dan pernah menjabat sebagai Ketua Laboratorium Kimia FMIPA UNIB (2014-2016) ini kembali melanjutkan pendidikan doktoral (S3) di Gifu University – Jepang dan berhasil menyandang gelar Doktor (Dr) pada Maret 2012 dengan Desertasi berjudul “Isolation of secondary metabolites from Protium javanicum Burm. f. and structure-activity relationship of coumarin derivatives on antitermite properties.”

Selain banyak melakukan penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan melakukan publikasi ilmiah bertaraf nasional dan terakreditasi internasional, Prof. Morina Adfa juga merupakan salah satu dosen terbaik di Universitas Bengkulu dan pernah meraih penghargaan Dosen Teladan III tingkat universitas pada tahun 2014.

Penelitian-penelitian dilakukan Prof. Morina yang paling mencolok yaitu pencarian senyawa-senyawa aktif dari bahan alam seperti kayu bawang, jerangau, kayu gadis dan kayu surian yang banyak terdapat di Provinsi Bengkulu untuk mendapatkan formula yang terbaik sebagai antirayap baru yang lebih ramah berbahan dasar bahan alam atau senyawa murni hasil isolasi/senyawa turunannya.

“Dengan penuh rasa syukur Saya ucapkan Alhamdulillahhirabbil’alamin atas karunia Illahi untuk pencapaian jabatan fungsional tertinggi dosen. Semua ini tentunya tak lepas dari dukungan orang-orang hebat nan tangguh di sekeliling saya,” ujar Prof. Morina Adfa dengan rendah diri, ketika menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya, di hadapan rapat senat dan pimpinan UNIB, Kamis (26/9/2019).

Prof. Irfan Gustian

Dia merupakan pria kelahiran Curup, 04 Agustus 1972 yang kini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNIB. Dia adalah expert bidang kimia fisika dengan nama dan gelar lengkap Prof. Dr. Irfan Gustian, S.Si, M.Si.

Sebelum meraih penghargaan akademik tertinggi sebagai Guru Besar, anak dari pasangan H. Ayunas Rasyid (Alm) dan Siti Jalisah (Alm) ini telah menjalani pendidikan formal dan non formal, melakukan banyak penelitian, menghasilkan banyak karya ilmiah, berpengalaman menulis buku dan berpengalaman memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI) beruapa Hak Paten.

Suami dari drg. Nurbaya yang memiliki dua anak ini—bernama Ahmad Rasidin, R.N dan Marsha Aisyah—mengenyam pendidikan formal mulai tingkat sekolah dasar di SDN 4 Curup, tingkat menengah pertama di SMPN 5 Curup dan tingkat menengah atas di SMAN 1 Curup. Lalu melanjutkan pendidikan jenjang S1 (Sarjana) di Jurusan Kimia Universitas Sriwijaya (UNSRI), jenjang S2 (Magister) bidang Kimia Fisika Material di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan jenjang S3 (Doktor) bidang Kimia Fisika di UNPAD-Sandwich Fatih Universities Istanbul Turkiye.

“Penelitian-penelitian yang kami lakukan berbasiskan polimer alami dan polimer limbah seperti polistiren (Styrofoam) merupakan upaya dalam usaha untuk mengurangi ketergantungan akan produk-produk luar. Sehingga polimer alami dan polimer limbah yang sudah disulfonasi ataupun dimodifikasi menjadi material supramolekular dapat digunakan sebagai membrane penghantar proton pada sel bahan bakar dan dapat mensubstitusi produk impor,” ujar Prof. Ifran Gustian, ketika menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya, Kamis (26/9/2019) di ruang rapat utama rektorat UNIB.

Prof. Ridwan Yahya

Pria kelahiran Luwu – Sulawesi Selatan, 11 Mei 1968 ini adalah suami Emmi Halijah Simatupang dan Abbah dari dua anak yaitu Syaikhah Fathina Ridwan (Mahasiswa Kedokteran UNIB) dan Athiyah Ghina Ridwan (Siswa SMAN 5 Kota Bengkulu. Dia merupakan salah satu dosen UNIB berdedikasi tinggi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian UNIB.

Berkat kegigihannya menjalani pendidikan formal maupun non formal, melaksanakan tugas sebagai dosen yang baik dan bersahaja, banyak melakukan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah serta publikasi ilmiah pada jurnal-jurnal terakreditasi dan bereputasi nasional maupun internasional, akhirnya putra dari H. Yahya Yasin, BA (Alm) dan Hj. Hatipa Arsyad ini, kini berhasil menyandang gelar dan penghargaan akademik tertinggi yaitu Guru Besar bergelar Profesor.

Setelah melakukan banyak penelitian komponen kimia dari limbah cabang kayu mangium, Prof. Ridwan Yahya menemukan ide untuk membuat pulp dari campuran batang dan limbah cabang mangium dengan perlakuan awal berupa pemberian jamur P. chrysosporium atau lebih dikenal dengan istilah biopulping. Invensi ini terpilih oleh DIKTI untuk didaftarkan ke Dirjen HAKI. Setelah melalui beberapa tahap mulai pendaftaran, pemeriksaan substantive dengan waktu tunggu selama 6 tahun, akhirnya Dirjen HAKI kemenkumham menyatakan disetujui untuk diberi sertifikat Hak Paten. Ini sekaligus Paten pertama dimiliki Universitas Bengkulu dari Dirjen HAKI Kemenkumham.

Sebagai pencari ilmu dan teknologi, dari rangkaian panjang riset yang telah saya lakukan, akhirnya tibalah saya pada suatu kesimpulan yang sangat berharga bagi saya bahwa “Semakin banyak ilmu yang saya ketahui, maka semakin sadar saya, bahwa masih lebih banyak lagi ilmu yang belum saya ketahui. Allah-lah yang memiliki semua ilmu itu dan untuk kita mungkin hanya diberi setetes, sehingga tiada hak untuk kita membusungkan dada seraya berujar bahwa saya-lah orang berilmu,” ujar Prof. Ridwan Yahya pada saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar, Kamis (26/9/2019).

Keberhasilannya hingga meraih gelar Profesor ini kata Prof. Ridwan Yahya, tidak terlepas dari peran dan bantuan orang-orang hebat di sekelilingnya, khususnya orang tuanya H. Yahya Yasin, BA (Alm) dan Hj. Hatipa Arsyad yang sejak kecil tidak pernah membekali anaknya dengan materi semata tapi membekali anak-anaknya dengan ilmu pengetahuan. “Dia orang hebat. Ibu Saya hadir di sini. Gelar Guru Besar ini Saya persembahkan untuknya,” ujar Prof. Ridwan seraya meminta Ibunya berdiri.

Pendidikan formal Ridwan Yahya diawali dengan menamatkan sekolah dasar di SDN 76 Malimongan Palopo, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Palopo dan sekolah menengah atas di SMAN 1 Palopo – Sulawesi Selatan. Kemudian, Ridwan kuliah di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan meraih gelar Sarjana (S1) tahun 1991.

Lalu pada tahun 1999-2001, Ridwan Yahya melanjutkan studi program magister (S2) ke University of the Philippines Los Banos, Philipines dengan meraih gelar M.Sc dan pada tahun 2009 hingga 2012 berhasil meraih gelar Ph.D (S3/Doktor) setelah menjalani setudi di Kyoto University, Jepang.

Mata kuliah yang pernah diampunya di Fakultas Pertanian UNIB antara lain Teknologi Hasil Hutan, Teknologi Pengolah Kayu, Struktur dan Sifat Kayu, Teknologi Pulp dan Kertas, serta mata kuliah Sistem Pengelolaan dan Audit Lingkungan.

Prof. Marulak Simarmata

Dia adalah pria kelahiran Bandar Dolok, Simalungun – Sumatera Utara, 26 April 1961. Gelar sarjana (S1/Ir) menempel di depan namanya setelah lulus kuliah di Program Studi Agronomi  Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1985. Kemudian gelar Master (S2/M.Sc) didapat setelah melaksanakan studi lanjut di Crop and Soil Sciences (Weed Science), Michigan State University, USA tahun lulus 1992. Dan gelar Doktor (S3/Ph.D) juga didapat dari universitas yang sama, Michigan State University, USA, tahun 2004.

Ayahnya bernama St. Peter Simamarta dan ibunya bernama Tiolom br. Rajagukguk. Istrinya bernama Dra. Estomihi Yudicha Sianturi, M.Si dan anaknya empat orang, masing-masing bernama Peniel Jefferson Simamarta, SE, Mervyn Yudikaputra Simamarta, ST, Theresa Yessivania Simamarta, A.Md dan Renaldi Simarmata.

Sama seperti professor lainnya, sebelum meraih penghargaan akademik tertinggi ini, Prof. Ir. Marulak Simamarta, M.Sc, Ph.D juga banyak melakukan penelitian, banyak menghasilkan artikel ilmiah dan banyak melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat, disamping melaksanakan tugas pokoknya sebagai Dosen Tetap di Fakultas Pertanian UNIB.

Hasil penelitian dan gagasan Prof. Marulak Simamarta yang paling mencolok dan berhasil menghantarkannya sebagai Guru Besar adalah tentang upaya meningkatkan produktivitas pertanian dengan pengendalian gulma secara terpadu (Integrated Weed Management) dan pemanfaatnya.

“Segala yang saya peroleh dan saya lakukan selama ini tidak terlepas dari bantuan negara, bantuan institusi tempat saya mengabdi yaitu Universitas Bengkulu, bantuan keluarga, istri dan anak-anak tercinta, rekan kerja atau rekan seprofesi, serta mahasiswa dan masyarakat umum.

Oleh sebab itu, saya sangat bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu keberhasilan saya selama ini,” ujar Prof. Marulak ketika menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar, Kamis (26/9/2019).[Hms1].