RENPER Unib Eksis Berantas Kemiskinan dengan Pendekatan Keilmuan

AWAL tahun 2014 Universitas Bengkulu membentuk kantor Regional Network on Poverty Eradication (RENPER) yang menempati gedung di sebelah laboratorium agronomi. Walau tergolong baru, lembaga ini kian eksis melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka memberantas kemiskinan melalui pendekatan keilmuan.

Ketua RENPER Unib, Prof. Ir. Zainal Muktamar, M.Sc, Ph.D menjelaskan didirikannya kantor RENPER di kampus Unib ini merupakan salah satu langkah maju dalam merealisasikan tri dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

RENPER juga dimaksudkan untuk meningkatkan eksistensi Unib di kancah pergaulan internasional dalam rangka mewujudkan Unib sebagai World Class University pada 2015. Sebab jaringan RENPER saat ini sudah menyebar luas di sejumlah perguruan tinggi luar negeri dan trendnya ke depan akan semakin banyak negara yang ingin bergabung ke RENPER.

Keberadaan dan keterlibatan Unib di dalam RENPER juga sangat diperhitungkan, sebab Unib merupakan salah satu inisiator pembentukan RENPER setelah Malaysia dan Kamboja. Terhadap keberlanjutan RENPER ke depan Unib juga sangat berperan, sebab menempati posisi kepengurusan sebagai Wakil Ketua dan Sekretaris Jenderal.

Setelah sukses menggelar seminar internasional ke-3 di Universitas Bengkulu bulan Oktober 2012 lalu, RENPER banyak diperbincangkan oleh kalangan akademisi di berbagai perguruan tinggi luar negeri. Tak hanya itu, belakangan, minat para akademisi dari berbagai negara untuk bergabung ke RENPER juga semakin tinggi.

Tingginya perhatian dan minat para akademisi bergabung ke RENPER itu dikarenakan RENPER memberikan peluang dan wadah bagi para akademisi untuk berkontribusi secara nyata dalam upaya pemberantasan kemiskinan di berbagai negara.

Namun sebagaimana yang ditekankan Ketua RENPER Prof. Ibrahim (Malaysia), pemberantasan kemiskinan yang dilakukan RENPER bukan seperti yang dilakukan lembaga-lembaga sosial atau NGO.

“Di sini, usaha pemberantasan kemiskinan dilakukan melalui pendekatan-pendekatan keilmuan oleh ahli di masing-masing universitas. Ada proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, pembinaan dan pendampingan terhadap masyarakat dilaksanakan sesuai keahlian akademisi,” ujarnya ketika Seminar Internasional RENPER di Universitas Bengkulu.

Menurut Prof. Zainal Muktamar yang merupakan mantan Rektor Unib, penekanan dari Ketua RENPER itu diyakini telah menjadi magnet sehingga banyak akademisi dari berbagai perguruan tinggi di banyak negara yang ingin bergabung ke RENPER.

Sebagai perguruan tinggi yang merupakan salah satu inisiator terbentuknya RENPER dan saat ini masih tercatat sebagai pengurus teras RENPER, Unib terus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kontribusi terhadap pemberantasan kemiskinan. Sebab Unib dijadikan salah satu contoh dan rujukan oleh peserta RENPER dari berbagai negara.

Upaya-upaya pemberantasan kemiskinan yang terus digalakkan RENPER Unib adalah melakukan penilitian produk unggulan, melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pendampingan, pendidikan dan penyuluhan. Upaya-upaya itu dilakukan oleh puluhan dosen-dosen peneliti lintas fakultas dan lintas perguruan tinggi.

Datangi dan Datangkan Masyarakat

Untuk memberantas kemiskinan, selain mengupayakan penelitian bibit pertanian unggulan,   upaya terus digalakkan RENPER Unib adalah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kelompok-kelompok usaha masyarakat di berbagai daerah.

Untuk memberikan pelatihan itu, pola yang dilakukan tidak hanya datang langsung ke lokasi masyarakat, tapi juga mendatangkan kelompok masyarakat untuk belajar ke kampus Unib.

Contohnya, pada Kamis (9/10/2014), RENPER mendatangan dua kelompok tani Kota Bengkulu ke kampus Unib. Mereka diberi “kuliah singkat” oleh para akedmisi tentang bagaimana memanfaatkan lahan pekarangan untuk menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan pertanian.

“Kalau lokasi masyarakat jauh seperti di Lebong, Rejang Lebong atau Mukomuko, biasanya dosen-dosen kita langsung datang ke sana. Tapi kalau lokasinya dekat seperti kelompok petani di Kota Bengkulu, biasanya mereka kita ajak datang ke Unib untuk mendapatkan pelatihan. Pola-pola pendidikan dan pelatihan masyarakat itu terus kita kembangkan,” ujar Prof. Zainal.

Ditambahkannya, setelah diberi pendidikan dan pelatihan, para petani dan kelompok usaha diberikan pendampingan untuk menghasilkan produk yang dapat mendongkrak penghasilan keluarga.

Jika memungkinkan, mereka juga diberi bantuan modal dan bantuan pemasaran. Upaya-upaya itu dilakukan terus-menerus dan menyebar ke berbagai pelosok daerah. “Inilah upaya nyata RENPER dan upaya perguruan tinggi umumnya dalam menekan angka kemiskinan,” ujarnya. [hms1]