Rektor : Rationality in the Higher Education

PADA wisuda periode ke-81 di gedung serba guna (GSG), Rabu (26/4/2017), Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, M.Sc menyampaikan pidato berjudul “Rationality in the Higher Education”.

Mengawali orasinya itu, Rektor mengucapkan selamat Hari Kartini dan mengajak seluruh wisudawan dan para undangan untuk sama-sama mengenang serta meneladani sikap juang para tokoh perempuan yang telah merubah wajah Indonesia dan dunia.

“Hari ini kita masih dalam suasana peringatan Hari Kartini. Oleh sebab itu, saya mengajak kita semua mengenang jasa-jasa pahlawan perempuan dan meneladani sikap juangnya untuk kemajuan Bangsa di masa mendatang. Ada Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan. Ada Tjut Nyak Dhien, Malahayati dan banyak lagi tokoh perempuan yang telah berjasa bagi negeri ini dan patut kita teladani,” ujar Dr. Ridwan Nurazi.

Sembari mengenang dan menghayati sikap juang yang ditunjukkan para tokoh perempuan pahlawan itu, cobalah lihat dan bandingkan dengan kondisi bangsa saat ini, termasuk dunia pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri, saat ini jumlah masyarakat berpendidikan tinggi semakin banyak. Tapi kenyataannya, tingkat akademik seseorang tidak menjamin seseorang akan berfikir lebih rasional. Semakin pandai seseorang semakin sempit cara pandangnya. Kadang bicara lebih religius namun juga lebih emosional.

“Pendidikan kita lebih banyak mengajarkan kecerdasan akademis padahal yang harus diajarkan adalah kecerdasan hidup, bagaimana hidup bernegara, hidup sebagai tim dalam perbedaan,” ujar Dr. Ridwan Nurazi.

Kemudian lanjut Rektor, saat ini kecenderungan banyak orang reaktif terhadap suatu masalah, bukan proaktif mencari penyelesaian masalah tersebut. Sibuk memaki kegelapan tidak berorientasi mencari titik terang. Parahnya lagi, saat ini semakin tumbuh budaya serba instan. Berfikir parsial, ingin cepat memperoleh hasil. Dan sibuk dengan kulit lupa isi.

“Kondisi ini banyak terjadi saat ini, berharap perubahan dari atas bukan dari diri sendiri. Pandai lihat kesalahan orang lain, kurang suka introspeksi. Ingin merebut masa depan tanpa kerangka masa kini, atau ingin merebut masa kini tanpa kerangka masa depan. Demikianlah kenyataannya,” papar Dr. Ridwan Nurazi.

Akankah kondisi-kondisi itu kita biarkan berlarut-larut ? Tentu tidak. Harus ada perubahan, merasionalisasi berbagai lini kehidupan, baik lingkungan masyarakat, bangsa dan negara, termasuk rasionalitas di perguruan tinggi harus dikembangkan.

Bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan rasionalitas ? Dijelaskan Rektor, seluruh stakeholder harus berpegang dan mengedepankan prinsip-prinsip dasar yang bernilai luhur. Pertama, Obeying the Rule and the Leader who Obeying the Rule. “Kita jangan masuk ke lobang yang sama berkali-kali. Berkaca pada kasus-kasus yang tejadi di tengah masyarakat yang berulang,” ujarnya.

Kedua lanjut Rektor, menghindari keluhan dan berhenti mengeluh (stop complaining). “Tidak terburu-buru, melangkahlah selangkah demi selangkah. Tidak ada jalan yang mudah. Kerja keras dan lakukan yang terbaik,” ujarnya.

Ketiga, optimisme. “Kata bijak mengatakan, dalam konfrontasi antara arus dan batu, arus selalu menang, bukan melalui kekuatan tetapi melalui ketekunan. Dan lebih baik gagal pada sesuatu yang Anda cintai daripada sukses pada sesuatu yang Anda benci.”

Keempat, positive thingking. “Selalu husnuzon, bukan souzon. You do not find what you do not seed,” ujar Rektor. Dan prinsip kelima, selalu rendah diri dan empathy. “Saling asah, asih, dan asuh ini harus terus dikembangkan. Kemudian, dalam memberikan pelayanan kita harus putting the customers first,” tukas Dr. Ridwan Nurazi.

Jiwa Entrepreneur

Kepada para lulusan, Rektor berharap agar dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah didapat di bangku kuliah selama ini. Kemudian selalu belajar dan belajar, belajar dari lingkungan dan sosial kemasyarakatan. “Jangan berhenti belajar. Sebab ilmu yang didapat selama ini baru ilmu tahu, belum ilmu bisa,” ujarnya.

Disamping itu Rektor menekankan agar dalam mencari pekerjaan tidak semata berorientasi menjadi PNS. Para lulusan UNIB diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sebab, berdasarkan statistik, angka pengangguran di Provinsi Bengkulu sangat tinggi, mencapai total 11.994 orang pada tahun 2016.

Oleh sebab itu, para lulusan diharapkan memiliki dan mampu mengembangkan jiwa entrepreneur. “Bercita-citalah jadi pengusaha sukses. Kalau tidak menjadi pengusaha, terapkan prinsip kewirausahaan dalam setiap sendi kehidupan,” ujarnya.

Dengan menjadi pengusaha dan banyak menciptakan lapangan usaha, berarti kita telah berkontribusi memajukan daerah, bangsa dan negara. Sebab, semakin banyak pengusaha, maka akan semakin maju dan kuat pula suatu bangsa.

“Anda mau jadi pahlawan ? Jadilah pengusaha dan ciptakan banyak lapangan kerja. Saat ini Indonesia dengan penduduk 240 juta jiwa masih membutuhkan sekitar 4,2 juta pengusaha agar bisa terpenuhi syarat minimal 2% entrepreneur, sebagai syarat menjadi negara kuat dan makmur,” papar Rektor.

Memulai usaha memang berisiko, tapi tidak memulai usaha lebih berisiko. Lebih baik mencoba gagal, daripada gagal mencoba. “Oleh sebab itu, mulailah berusaha sejak sekarang. Fight, creative dan innovative. Jadilah generasi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja,” tandas Ridwan Nurazi seraya memotivasi para lulusan UNIB.

Pada wisuda periode ke-81 ini, UNIB meluluskan 917 wisudawan dari delapan fakultas selingkung UNIB baik program doktor (S3), magister (S2/Pascasarjana), sarjana (S1), dan vokasi/diploma (D3).

Acara ini dihadiri ketua dan para anggota senat universitas, para guru besar, para wakil rektor, para dekan dan ribuan undangan yang merupakan para orang tua wisudawan. Kemudian hadir pula Gubernur Bengkulu yang diwakili Plt. Sekretaris Daerah H. Gotri Suyanto, M.Sc, dan para pimpinan bank mitra kerjasama UNIB. Seluruh rangkaian acara berjalan tertib dan lancar tanpa kendala yang berarti. [Penulis : Purna Herawan/Neni. Foto : Ngamarudin]