Orasi Rektor : Pembangunan Karakter Bangsa di Era Digital

MENGEDUKASI pikiran tanpa mengedukasi hati sama dengan tidak mengedukasi apa-apa. Ungkapan bijak Aristoteles, Filsup Yunani : 384 – 322 SM itu menjadi kalimat pembuka orasi Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, M.Sc, pada acara wisuda ke-80 UNIB yang dihelat di gedung serba guna (GSG), Rabu (14/12/2016).

utuk berita Pidato

Rektor menekankan pentingnya aktualisasi dan implementasi Nilai-nilai Luhur Bangsa dalam upaya mewujudkan perilaku berkarakter dalam menghadapi berbagai dampak perkembangan zaman, era globalisasi dan digitalisasi.

Dijelaskan Ridwan Nurazi, satu sisi kemajuan teknologi informasi dan digitalisasi, banyak memberikan kemudahan dalam upaya memajukan masyarakat dan Negara. Di sisi lain, bila tidak cermat terhadap informasi yang disebarluaskan melalui teknologi dan informasi, banyak potensi masalah yang mengancam persatuan dan kesatuan Bangsa.

Oleh sebab itu, dalam menyikapi perkembangan dunia teknologi dan informasi ini, kita harus memiliki keterampilan mengecek dan menganalisa kebenaran fakta di balik informasi tersebut. “Jangan mudah terpengaruh dengan berita-berita hoax, penyebar kebencian dan terhasut dengan isu-isu murahan yang sengaja diciptakan oknum-oknum untuk memecah-belah persatuan dan meruntuhkan nilai-nilai luhur Bangsa,” ujarnya.

Teranyar kata Ridwan Nurazi, kita kerap disajikan berbagai informasi tentang “Aksi Damai 411/212.” Ini merupakan salah satu ujian bagi Bangsa, bagaimana mempertahankan persatuan dan kesatuan di era globalisasi, keterbukaan informasi dan digitalisasi.

“Namun kita patut bangga, pasca ‘Aksi Damai’ itu rating demokrasi Indonesia stabil, IHSG stabil, perekonomian stabil. Relatif tidak ada gejolak dan NKRI tetap utuh,” paparnya.

Tapi, kita harus tetap waspada. Kapan dan dimana pun ancaman keutuhan NKRI, dampak negatif era globalisasi terus mengintai. Apalagi hari-hari ini, kita masih “galau” dengan tiga masalah utama, yakni Miras, Sex bebas, dan penyalahgunaan Narkoba. Ditambah dengan perkembangan Teknologi Informasi yang berperan sebagai “Pisau bermata dua.”

Menghadapi “kegalauan” itu, kita harus berpegang pada Nilai-nilai Luhur Bangsa. Nilai-nilai Luhur itu tentu tidak sebatas retorika belaka namun harus diimplementasikan dalam wujud kepribadian dan Perilaku Berkarakter yang harus dimiliki dan dijalankan oleh seluruh anak Negeri.

untuk berita Pidato 2

Perilaku Berkarakter dimaksud adalah empat komponen penting yang saling bersinergi dan harus dimiliki oleh seluruh warga Bangsa; yaitu Olah Pikir, Olah Hati, Olah Rasa/Karsa, dan Olah Raga.

Olah pikir dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu berpikir cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif. Olah Hati, yaitu suatu sikap senantiasa jujur, beriman dan bertaqwa, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.

Kemudian Olah Rasa/Karsa, yaitu bahwa setiap individu harus memiliki rasa peduli, ramah, santun, rapi, nyaman, saling menghargai, toleran, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Dan Olah Raga berhubungan dengan perilaku yang memiliki ketangguhan, bersih dan sehat, disiplin, sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria,  dan gigih.

Bagaimana dengan UNIB sendiri ? Pendidikan Karakter terus dikembangkan dan ditingkatkan disamping melaksanakan core bisnis utama sebagai institusi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Pendidikan dan ilmplementasi Perilaku Berkarakter di UNIB dititikberatkan pada pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Budaya Kampus/Budaya Organisasi, Kegiatan Kemahasiswaan, Kegiatan Keseharian dan Budaya Akademik.

untuk berita Pidato4

“Sebagaimana ungkapan Aristoteles, mengedukasi pikiran tanpa mengedukasi hati sama dengan tidak mengedukasi apa-apa. Itu artinya, keseimbangan asupan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kecerdasan pikiran dan pendidikan karakter dalam menumbuhkan perilaku berkarakter merupakan suatu keniscayaan. Sebagai perguruan tinggi yang menjadi barometer di Provinsi Bengkulu, kita komit melaksanakan kedua hal ini,” tukas Rektor.

Pada wisuda ke-80 ini, UNIB meluluskan 953 mahasiswa program Pascasarjana (S2 dan S3), Program Sarjana (S1) dan Program Diploma (D3) dari delapan fakultas yang ada. Dari jumlah itu, sebanyak 40 lulusan Program S2 dan 30 lulusan Program S2 yang meraih Predikat Lulus Dengan Pujian.

Berita Terkait : Klik  http://www.unib.ac.id/2016/12/wisuda-ke-80-unib-tambah-953-lulusan/

Predikat Lulus Dengan Pujian Terbaik dari Program S2 diraih Dewi Pujawati, putri Bapak H. Slamet Riyadi Achsan, M.Pd (Alm) dan Ibu Rasijah. Dia meraih IPK 3,95 dari Prodi SDA dan Lingkungan Fakultas Pertanian.

untuk berita Pidato 3

Dan dari Program S1 (Sarjana), Predikat Lulus Dengan Pujian Terbaik diraih Lili Triani, putri Bapak Ponilan dan Ibu Parini, dengan IPK 3,85 dari Prodi Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sedangkan lulusan termuda atas nama Utari, putri  Bapak Nofriyon dan Ibu Jusnidar yang lahir di Curup 8 September 1995 dan saat ini baru berusia 21 tahun 3 bulan 6 hari.

Selain dinobatkan lulusan termuda, Utari merupakan salah satu lulusan Predikat Lulus Dengan Pujian dengan IPK 3,59 dari Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA).

Di akhir orasinya, Rektor mengucapkan selamat dan sukses kepada para wisudawan dan berharap para lulusan senantiasa menjaga nama baik Almamater UNIB kapan dan di mana pun berada. Kepada masyarakat, Rektor berterimakasih karena telah mempercayakan UNIB sebagai barometer dan pilihan utama dalam pendidikan anak-anaknya.

Rektor juga mengingatkan para lulusan bahwa ilmu yang didapat di bangku kuliah masih bersifat “Ilmu Tahu” yang harus dilengkapi dan disempurnakan dengan “Ilmu Bisa” yang ada dan bisa didapatkan di luar bangku kuliah, lingkungan masyarakat.

“Karena itu jangan lengah, para lulusan harus senantiasa meningkatkan skiil dan keterampilan di luar bangku kuliah. Sebab, dunia kerja cenderung tidak hanya mempersyaratkan kemampuan akademis tapi juga membutuhkan skiil dan keterampilan dalam mengisi lowongan kerja,” demikian Ridwan Nurazi. [Penulis : Purna Herawan. Foto : Ngamarudin. Data : Yulius]