Rektor : Pahlawan Milenial untuk Memperkokoh Kebhinekaan (SDM Unggul, Indonesia Maju)

PADA acara wisuda periode ke-88 lulusan program doktor, magister, profesi, sarjana, dan vokasi Universitas Bengkulu, tanggal 26 – 27 Agustus 2019, di Gedung Serba Guna (GSG) UNIB, Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc, CA, menyampaikan pidato dihadapan ribuan wisudawan dan para orang tua wisudawan. Pidato ini berjudul “Pahlawan Milenial untuk Memperkokoh Kebhinekaan (SDM Unggul, Indonesia Maju).

Mengawali orasinya Rektor mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga integrasi, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menghadapi tantangan kemajuan zaman. “Integrasi atau NKRI adalah harga mati dan harus menjadi ideology seluruh komponen Bangsa. Tanamkan terus semangat Aku Indonesia, Aku Pancasila, NKRI harga mati,” sampai Dr. Ridwan Nurazi.

Kata Rektor, menjaga keutuhan NKRI memang bukan hal gampang, sebab Indonesia mempunyai dan terdiri dari 740 suku bangsa. Oleh sebab itu, NKRI atau integrasi bangsa dapat dipertahankan jika pemerintah yang adil, pemerintah yang tegas (bukan represif atau otoriter), dan pemerintah yang berwibawa dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

“NKRI tanpa keadilan dan kemakmuran bagi seluruh Rakyat Indonesia adalah NKRI yang palsu, dusta, bertentangan dengan sumpah Pemuda 1928, melawan Pembukaan UUD 1945, dan mencederai cita-cita perjuangan Kemerdekaan 1945,” tegas Rektor.

Menurut Rektor, terdapat tiga masalah utama bangsa yang dapat memperlemah atau mencederai integrasi dan kebhinekaan yaitu kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan. Turunan dari masalah kemiskinan itu antara lain maraknya peredaran Miras, sex bebas, dan peredaran narkoba. “Pada 2030-2045 kita akan menghadapi bonus demografi. Hal ini akan sia-sia jika tidak diantisipasi,” ujarnya.

Salah satu program pemerintah untuk menekan kemiskinan adalah melalui program Dana Desa. Namun dalam pelaksanaannya belum begitu berdampak, sebab masih banyak mengutamakan program proyek fisik (perbaikan jalan, jembatan dan proyek irigasi). BUMD belum prioritas.

“Kebutuhan desa sesungguhnya adalah hasil produksi terjual dengan harga yang layak. Perkembangan IT dan Fintech akan mengakselerasi masalah pembiayaan, produksi dan pemasaran. Perlu pendampingan dan capacity building agar program Dana Desa tepat sasaran dan para pelaksana tidak kesulitan membuat laporan kegiatan dan laporan keuangan,” papar Rektor.

Selain masalah kemiskinan, perang terhadap kebodohan dan ketidakadilan harus terus ditekadkan dan digelorakan oleh seluruh komponen bangsa khususnya para generasi muda. Sebab, ancaman terhadap NKRI (dan kedaulatan negara) semakin hari semakin kompleks. Saat ini kita menghadapi perang tanpa batas teritorial (abstract : tidak pakai rudal, bom, tank, pisau parang, dll), tapi dampaknya luar biasa.

Bagaimana menghadapi peperangan ini ? Penguasaan Information Technology merupakan suatu keniscayaan. Sebab, penguasa informasi penguasa dunia. Kemudian, kita harus memiliki dan menanamkan ideologi Pancasila sebagai filter, asal bukan menjadi alat pembenaran/legitimasi untuk bisa berbuat apa saja.

Kemudian, perang terhadap terorisme yang berakar dari fundamentalisme dengan dalih agama yang suka mengkafirkan orang lain atau berbuat anarkis demi kepentingan kelompok, teori konspirasi dan lain sebagainya, harus kita halau bersama-sama. Begitupun dengan tindakan korupsi oleh pejabat negara harus kita perangi terus-menerus, sebab tindakan korupsi saat ini sudah sangat parah bahkan 60-70 persen pejabat negara (eksekutif dan legislatif), 300 dari 500 kepala daerah adalah berstatus tersangka.

“Rezim otoriter Vs Rezim bandit, “podo wae” hanya gantian. Apakah korupsi ini adalah budaya ? sehingga banyak yang berani mengulang dan tidak kapok ? Semua ini terjadi akibat politik tidak santun, money politic (transaksional) dan ‘budaya wani piro, serta fakta demografi pendidikan pemilih adalah lulusan SD-SMP-SMA yang walaupun sudah diharamkan MUI mereka tidak peduli. Ini adalah tugas kita bersama-sama untuk memberantasnya,” sampai Rektor.

Kemudian lagi kata Rektor, cengkeraman asing juga menjadi penyebab kemiskinan di Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia yang begitu kaya dengan hasil laut, tetap harus mengimpor Ikan Tuna yang ditangkap dari perairan Indonesia. Program swa-sembada garam, pada kenyataannya kita impor 3,7 juta ton sedangkan produksi hanya 1,1 juta ton. Oleh sebab itu, kebijakan tegas dari pemerintah harus terus dilaksanakan, contohnya terhadap illegal fishing, tenggelamkan !

Kondisi memprihatinkan dan ironi juga melanda sektor-sektor dan komoditi lainnya. Indonesia yang luas dan subur mengimpor buah-buahan juga beras dari Thailand. Lalu impor komoditi pangan, holtikultura dan ternak cukup tinggi, 2014 : Rp170,18 T ($13,09 M). Memeperkaya petani luar negeri.

Lalu berikutnya, produk Aqua misalnya, 74% sahamnya milik Danone Perancis. Padahal produk ini menguasai 50% pangsa pasar AMDK (air minum dalam kemasan). “Air kita yang untung orang lain.” Begitupun Teh Sariwangi,  100% milik Unilever Inggris. Gulanya Gulaku dari Malaysia. Susu SGM (Sari Husada) ternyata  82% sahamnya milik Numico Belanda. Sabun Lux dan Pepsodent milik Unilever Inggris. “Dengan kondisi ini, yang punya kita yang untung orang lain,” ujar Rektor.

Bukan itu saja kata Rektor, kebanyakan barang-barang yang kita gunakan seperti mobil, motor, AC, hape, komputer adalah  buatan Amerika, Eropa, China, Jepang, Korea. Kemudian, operator Indosat, XL, Telkomsel adalah milik Qatar, Singapura, Malaysia. “Telekomunikasi kita 70% dikuasai asing.”

Kemudian lagi, Carrefour Perancis, Alfamart (75% Perancis). Giant dan Hero milik Dairy farm international, Malaysia. Circle K milik Amerika. Semen tiga roda, Indocement adalah  61,70% milik Heidelberg-Jerman. Semen Gresik milik Cemex-Mexico, Semen Cibinong milik Holcim-Swiss.

Di sektor minyak dan gas, konstitusi mengamanatkan/memerintahkan agar SDA dikuasai Negara lewat BUMN. Namun sejak 1960 bisnis Migas dikuasai Asing dengan alasan Indonesia tidak punya modal, teknologi, dan SDM. “Ini adalah alasan yang sumir,” ujar Rektor.

Kontrak Blok Mahakam yang akan habis dalam waktu dekat ini, justru Kementerian ESDM menghalangi Pertamina atau BUMN untuk mengambil alih pengelolaan. Pemerintah mengerdilkan kemampuan anak bangsa sendiri. Gas kita lebih murah dijual ke China daripada ke PLN. Belum lagi, kita menghadapi masalah tambang Freeport, batubara yang merusak lingkungan, dan lain-lain.

“Semua ini adalah tugas kita bersama, tugas generasi penerus. Bidang tambang Freeport misalnya, sudah ada keberanian Presiden merenegosiasi kontrak. Hal ini harus kita dorong terus untuk membenahi sektor-sektor lainnya,” sampai Rektor.

Lantas bagaimana memperkokoh Kebhinekaan dari sisi ekonomi ? Menurut Rektor, kita harus keluar dari cengkeraman asing dan kapitalisme. Meningkatkan keberpihakan negara dalam memberdayakan UMKM. Melaksanakan kebijakan Pro poor. Melibatkan sebanyak mungkin partisipasi masyarakat dalam proses produksi. Kemudian, usaha-usaha seperti Alfa Mart, Indo Mart, K-Mart dijadikan milik koperasi. Semua ini hendaknya tidak hanya sebatas retorika dan bukan hanya pidato saja.

Ke depan kata Rektor Indonesia harus berdikari, karena Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah dan Sumber Daya Manusia (SDM) kita mampu. Kemudian, mempersempit ketimpangan (gini ratio), membangun ekonomi berkeadilan, mengurangi subsidi untuk meningkatkan Bansos dan infrastruktur, kuasai sains dan teknologi tepat guna, serta mengimplementasikan nilai-nilai luhur dan budaya bersih, patuh aturan dan bisnis beretika.

Tingkatkan Kompetensi dan Visi Anda

Rektor berpesan kepada para wisudawan dan para generasi muda umumnya, agar senantiasa meningkatkan kompetensi, kemampuan dan visi Anda. Raise your competence, capability and vision. Sebab, persaingan yang akan dihadapi ke depan semakin berat, sebagai implikasi disruption era.

Diprediksikan pada tahun 2030 sekitar 2 milyar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan (Kompas.com, Rabu 18-10-2017). Sebab, pada saatnya nanti pekerjaan otot diganti robot, kuli bangunan diganti forklift dan crane, tidak ada penjaga pintu tol, tukang pos, pustakawan. Lalu, pekerjaan kasir, supir taksi, loper koran, bahkan akuntan akan jauh berkurang jumlahnya. Bahkan kampus akan menjadi EO saja dengan mengorganisir dosen – ilmuwan dari berbagai belahan dunia.

“Oleh sebab itu, kalau Anda tak mau susah maka tak ada masa depan. Maka, berlatihlah sejak sekarang menjadi orang yang mandiri. Ke depan banyak pekerjaan yang hilang digantikan kecanggihan teknologi. Persiapkan diri Anda sebaik mungkin untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang,” sampai Rektor.

Jika Anda memiliki kompetensi, maka tantangan zaman justru menjadi peluang. Sebab, ke depan aka nada pekerjaan-pekerjaan baru yang tidak dikenal 10-20 tahun yang lalu. Pekerjaan baru tersebut, antara lain menjadi blogger, web developer, Apps developer/creator. Kemudian, ada juga pekerjaan sebagai Smart chief listener, smart kettle manager, drone operator, Big data analyst (in business : traveloka, go jek, go food), Cyber troops, cyber psychologist, cyber patrol, cyber crime specialist, Smart animator, game developer, smart control room operator, Medical sonographer, prosthodontist, Crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, Cloud computing service, cloud service specialist, dan lainnya.

Kemudian dengan kemampuan yang mumpuni Anda bisa mengembangkan usaha-usaha jasa penjualan berbasis teknologi. Contohnya Uber.com, sebuah perusahaan taxi terbesar di dunia tidak memiliki kendaraan. Kemudian AliBaba.com, pengecer paling berharga tidak memiliki inventaris. Facebook, instagram, u tube, pemilik media paling popular tidak membuat konten.

Generasi milenial kata Rektor juga harus menguasai dan familiar dengan fintech program pada sektor pengelolaan keuangan. Begitupun di sektor pertanian, pada era 4.0 ini, harus menguasai teknologi untuk menghasilkan produk unggulan, presisi, efisien dan berkelanjutan.

Suka atau tidak suka kondisi ini akan dihadapi, kita harus respon secara cepat, lincah dan kreatif. Universitas perlu membangun hubungan yang jauh lebih dalam dengan industri di dekade mendatang. Triple helix (ABG: Univ, Gov, and Industry), dibuat untuk mahasiswa dan alumni. Universitas terpaksa menjalankan bisnis. “Pertandingan besar adalah investasi bersama dengan sektor swasta.”

Rektor juga berpesan kepada para wisudawan dan generasi muda umumnya agar memiliki dan selalu mengembangkan jiwa entrepreneur (pengusaha). Sebab, syarat menjadi negara kuat dan makmur minimal memiliki 2% entrepreneur dari total jumlah penduduk (David McClelland).

Indonesia baru memiliki sekitar 0,24% dari total penduduk. Jika penduduk Indonesia 240 juta, masih dibutuhkan sekitar 4,2 juta jiwa pahlawan entrepreneur untuk mencapai jumlah minimal tersebut. Sebagai Pembanding, Singapura memiliki 7,2% pengusaha. Lalu, Malaysia, Thailand, dan Filipina memiliki sekitar 4%, dan Amerika memiliki 11% pengusaha dari total penduduknya.

Bagaimana menjadi entrepreneur ? Memulai usaha memang berisiko, tapi tidak memulai usaha jauh lebih berisiko. Sunnah Nabi bukan hanya “menikah”, menjadi pengusaha juga merupakan sunnah nabi. 9 dari 10 pintu rezeki adalah lewat berniaga.

Jadilah generasi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja. Kalau tidak menjadi pengusaha, terapkan prinsip kewirausahaan dalam setiap sendi kehidupan. Bangun jiwa entrepreneurship, yaitu Fight, Creative, Innovative. Anda harus berani. Lebih baik mencoba gagal, daripada gagal mencoba. “Kemudian yang terpenting, semua usaha itu harus dilandasi dengan akhlak mulia, akhlaktulkarimah, tukas Dr. Ridwan Nurazi.[Hms1].