Mendikbud M. Nuh Mengapresiasi Kemajuan Unib

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA, Sabtu (8/2/2014) berkunjung dan bersilahturahmi dengan segenap sivitas akademika Universitas Bengkulu. M. Nuh datang ke Bengkulu untuk menghadiri rangkaian Hari Pers Nasional tahun 2014 yang dibuka oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang dipusatkan di kawasan Benteng Marlborogh, Tapak Paderi, Kota Bengkulu.

Ikut dalam rombongan menteri antara lain Direktur Pendidikan Menengah dan Direktur Kebudayaan Kemendikbud. Hadir pula anggota DPR RI dapil Bengkulu Rulli Chairul Anwar yang merupakan anggota komisi 10 DPR yang menjadi mitra Kemendikbud.

Setibanya di kampus hijau Unib, Menteri dan rombongan disambut hangat serta penuh rasa kekeluargaan oleh Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc, para Wakil Rektor, Ketua Senat Universitas Bengkulu, para dekan, dan sivitas akademika Unib lainnya.

Pada acara silahturahmi yang dihelat di ruang rapat utama rektorat Unib, M. Nuh sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada Universitas Bengkulu. M. Nuh mengungkapkan, setidaknya ada ada tiga hal yang membuat Dia berterimakasih.

Pertama, M. Nuh berterimakasih karena walaupun banyak keterbatasan yang dialami, tapi Unib telah menunjukkan dedikasi dan telah meraih berbagai prestasi. Hadirnya Unib telah mampu menjawab kebutuhan dan meningkatkan pendidikan masyarakat dearah ini. Bahkan Unib telah memberikan kebanggaan bagi masyarakat Bengkulu.

“Bagi masyarakat Bengkulu, tidak perlu jauh-jauh menyekolahkan anaknya. Di sini ada Unib yang memiliki kualifikasi dan prestasi yang sangat baik dan tidak kalah dengan perguruan tinggi lainnya,” ujar M. Nuh.

Kedua, M. Nuh sangat berterimakasih kepada Unib, karena perguruan tinggi negeri ini memiliki sensitifitas atau kepekaan sosial yang sangat bagus. Buktinya, Unib telah bersedia dengan senang hati menampung atau memberikan kesempatan kepada warga kurang mampu untuk kuliah di universitas ini.

“Saya sering menyampaikan, bahwa kemuliaan perguruan tinggi bukan ditunjukkan seberapa banyaknya mobil-mobil mewah yang terparkir di halaman kampus, tapi ditunjukkan oleh berapa banyaknya anak dari keluarga kurang mampu yang kuliah di kampus itu. Nah, saya lihat di Unib cukup banyak anak-anak kurang mampu yang kuliah di sini. Oleh sebab itu, saya sangat berterimakasih,” ujarnya.

Ketiga, M. Nuh sangat berterimakasih kepada Unib karena telah menyambut kehadirannya dengan hangat dan penuh rasa kekeluargaan. “Yang lebih menggembirakan bagi saya, meskipun hari ini hari libur, ternyata kampus Unib terlihat bersih, rapi dan asri. Para mahasiswanya terlihat sangat semangat dan di wajah para mahasiswa itu terpancar cahaya optimisme dan aura luar biasa untuk kemajuan bangsa di masa depan,” ujarnya, disambut tepuk tangan oleh lebih kurang 500 mahasiswa yang hadir.

Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc pada kesempatan itu mengatakan, kehadiran Menteri dan rombongan di kampus Unib merupakan suatu anugerah. “Kami sangat bertermia kasih kepada Pak Menteri dan rombongan. Ini suatu anugerah bagi Unib, sebab dengan pertemuan ini kita bisa saling berbagi cerita dan berdialog,” ujarnya.

Tanpa bermaksud mengeluh kata Rektor, salah satu tantangan bagi Unib dalam mewujudkan berbagai pembangunan di kampus ini adalah minimnya dana BOMPTN yang dialokasikan pemerintah pusat. Dana BOMPTN Unib hanya berkisar Rp13 milyar, sangat jauh lebih rendah dari perguruan tinggi lainnya se Indonesia.

“Tapi itu bukan hambatan bagi kami, tapi menjadi suatu tantangan, agar ke depan indek prestasi Unib semakin meningkat. Bila indek meningkat, kesempatan untuk memperoleh dana lebih besar semakin terbuka lebar,” ujarnya.

Rektor juga sangat berterimakasih kepada Kemendikbud yang terus konsesten melaksanakan program beasiswa Bidik Misi. “Sebab, dengan adanya program Bidik Misi, semakin banyak warga kurang mampu yang mendapat kesempatan kuliah di perguruan tinggi negeri. Unib pun sangat mendukung program itu. Dan alhamdulillah, para mahasiswa penerima Bidik Misi yang kuliah di Unib ternyata prestasi akademiknya sangat bagus,” papar Dr. Ridwan.

Menanggapi minimnya dana BOMPTN yang diterima Unib, sebagaimana diungkapkan Rektor, Mendikbud M. Nuh dengan spontan mengatakan bahwa Ia berjanji akan menambah alokasi BOMPTN ke Unib.

“Ini saya sudah mengirim pesan kepada Wakil Menteri dan Sekretaris Jenderal agar menambah dana BOMPTN Unib. Ini bentuk apresiasi saya terhadap Unib, saya berjanji akan menambah dana BOMPTN-nya,” ujar M. Nuh disambut riuh tepuk tangan oleh ratusan mahasiswa, dosen yang hadir.[hms1]

M. Nuh : Era Kebangkitan Kaum Duafa

Pada acara silahturahmi dengan keluarga besar Universitas Bengkulu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh memaparkan tentang sejumlah program yang tengah digalakkan seperti tentang pemberlakuan Undang-Undang Pendidikan Tinggi, tentang laktar belakang, maksud dan tujuan penerapan Uang Kuliah Tunggal (UKT), tentang penerapan skema BLU, tentang pemberlakuan kurikulum baru, dan lain sebagainya. Namun yang paling detakankan oleh M. Nuh adalah tentang program Bidik Misi.

Menurut M. Nuh, program beasiswa Bidik Misi adalah suatu rahmat bagi kita semua. Dengan skema Bidik Misi, akan memberikan kesempatan besar bagi masyarakat kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan. Sebab, dengan beasiswa Bidik Misi, bukan hanya menggratiskan mahasiswa dari uang kuliah, tapi juga memberikan bantuan untuk biaya hidup selama mahasiswa kuliah.

Jadi, kepalangan mambantu, bukan uang kuliahnya saja yang kita bantu, tapi biaya hidup mahasiswa selama kuliah juga kita bantu. Menurut saya, ini adalah rahmat bagi kita semua, dan dengan program Bidik Misi ini kita ingin memutus mata rantai kemiskinan dan menciptakan era kebangkitan kaum duafa,” papar M. Nuh.

Kisah Siti dan Jono

Untuk menggambarkan bahwa program Bidik Misi diharapkan mampu memutus mata rantai kemiskinan, M. Nuh menceritakan suatu kisah fiktif namun sangat relevan, yaitu kisah keluarga mahasiswa miskin Siti dan Jono.

Dikisahkan, Siti merupakan anak Pak Dullah seorang tukang becak yang berpenghasilan pas-pasan. Setelah tamat SMA, Siti mengutarkan maksud hatinya untuk melanjutkan sekolah, kuliah di perguruan tinggi negeri.

Mendengar keinginan anaknya itu, Pak Dullah menjadi sedih dan khawatir, karena sebagai seorang ayah yang dianggap tidak bertanggungjawab dan tidak mampu menyekolahkan anaknya. “Ya Allah, bagaimana aku bisa membiayai kuliah anakku, Siti, sementara penghasilanku sebagai tukang becak hanya pas-pasan dan terkadang kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” gumam Pak Dullah dalam hati.

Kemudian, kalau Siti berangkat kuliah, siapa lagi yang akan membantu ibunya bekerja upahan mencuci dan menyeterika pakaian milik tetangga. Padahal, selama ini Siti lah yang selama ini giat membantu untuk menambah penghasilan keluarga.

Hampir setiap malam Pak Dullah tidak bisa tidur karena bersedih. Namun Ia tersadar, langsung mengambil air wudhu dan mengajak istrinya sholat malam. Lalu Pak Dullah berdoa, Wahai Tuhan, engkau yang maha mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Engakau yang maha kuasa apa yang tidak aku kuasai, engkau maha memiliki apa yang tidak aku miliki.

Yaa Allah, aku ingin sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab. Aku ingin memenuhi keinginan anak saya untuk menlanjutkan kuliah. Tapi apaladaya, hamba mu ini hanyalah tamatan SD, dengan penghasilan rendah sebagai tukang becak. Tapi hamba yakin dan percaya yaa Allah, bahwa engkau maha penolong dan sebaik-baik tempat untuk memohon dan sebaik-baik tempat untuk berpasrah, ujar Pak Dullah seraya berdoa.

Singkat cerita, berkat petunjuk dan jalan yang diberikan Allah SWT, akhirnya Siti diterima kuliah di perguruan tinggi negeri dengan menerima beasiswa Bidik Misi. Pak Dullah dan istrinya, sangat senang dan bahagia dengan kenyataan itu.

Setelah kuliah, Siti bertemu dengan seorang mahasiswa kakak tingkatnya yang juga berasal dari keluarga miskin dan penerima beasiswa Bidik Misi, bernama Jono.

Siti dan Jono akhirnya memadu kasih, kesamaan latar belakang  membuat keduanya saling mencintai dengan tulus. Ketulusan cinta Siti dan Jono ternyata berhasil mengalahkan kemiskinan, keduanya yakin dan percaya dengan cinta yang tulus mampu memutus rantai kemiskinan.

Berkat ridho dari Allah SWT, setelah tamat kuliah Jono memutuskan untuk menikah dengan Siti yang masih kuliah. Kemudian perlahan tapi pasti, kehidupan mereka mulai berubah karena Jono sudah mendapatkan pekerjaan yang mantap dengan penghasilan lumayan.

Berkat pendidikan yang Ia tempuh, derajat Jono dan Siti akhirya terangkat. Jono dan Siti telah membuktikan bahwa kemiskinan merupakan suatu tantangan, bukan hambatan. Cinta yang tulus tidak melihat si kaya dan si miskin, tapi ketulusan itulah yang akan membongkar mata rantai kemiskinan.

Dari penggalan kisah keluarga Pak Dullah itu kata M. Nuh, kita ingin mengatakan bahwa program beasiswa Bidik Misi merupakan bagian rahmat dari Allah untuk kita semua. Dan kita ingin mengatakan bahwa Bidik Misi merupakan salah satu upaya memutus mata rantai kemiskinan di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

“Melalui program Bidik Misi, kita ingin membebaskan Jono-Jono dan Siti-Siti, dan banyak lagi warga kurang mampu, dari belenggu kemiskinan dengan memberikan pendidikan gratis dan membantu biaya kehidupan selama menempuh kuliah. Dengan demikian, diharapkan 10-20 mendatang, mereka akan bebas dari belenggu kemiskinan,” paparnya.

Kata M. Nuh, biar orang mau bicara apa, biar orang sibuk dengan urusan politik dan lain sebagainya, tapi di antara itu semua ada sekelompok orang yang terus menerus berjuang mempersiapkan generasi penerus bangsa yang akan memasuki tahun 2045. Diharapkan pada tahun 2045, tahun emas dan tahun kejayaan Indonesia, yang di dalamnya banyak anak-anak dari kaum duafa yang mencul kepermukaan.

“Bila kaum duafa sudah bangkit, dunia ini akan bergetar. Negara ini akan menemukan kejayaannya, sebab sejarah telah membuktikan, tidak sedikit dari pemimpin-pemimpin besar di dunia ini ternyata berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu,” tukasnya.

Oleh sebab itu, M. Nuh menekankan bahwa para keluarga kurang mampu tidak boleh cengeng dan meratapi nasib, tapi harus menunjukkan bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki kita harus tetap semangat dan yakin bahwa Tuhan, Allah SWT akan memberikan jalan bagi kita semua untuk meraih keberhasilan dan kesuksesan. [hms1]