Lustrum VI Unib Dimeriahkan Bedah Buku : Rafflesia Pesona Bunga Terbesar di Dunia

RANGKAIAN kegiatan peringatan dies natalis ke 30 atau lustrum ke VI Universitas Bengkulu terus berlanjut dan kian meriah. Hari ini, Rabu (28/3) di aula BATIK, UPT Perpustakaan Universitas Bengkulu yang dikomandoi Ir. Bambang Gonggo Murcitro, MS, menyelenggarakan kegiatan istimewa dan penuh makna yaitu bedah buku yang bertajuk “Rafflesia : Pesona Bunga Terbesar di Dunia.”

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Pembantu Rektor Unib Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II), Prof. Dr. Wachidi, M.Pd selaku Ketua Panitia Dies Natalis Unib tahun 2012. Dalam sambutannya Prof. Wachidi menyambut baik acara ini dan sangat senang karena peserta yang hadir cukup banyak bahkan melebihi kapasitas ruangan yang hanya mampu untuk 75 orang.

“Bedah buku seperti ini merupakan salah satu karakter kita dalam dunia pendidikan tinggi. Oleh sebab itu, kegiatan semacam ini harus terus digalakkan dan ditingkatkan,” ujarnya.

Kegiatan bedah buku yang dikoordinir UPT Perpustakaan Unib ini semakin istimewa, sebab pemaparan singkat tentang buku yang dibedah tersebut dilakukan langsung oleh pengarangnya, yaitu Dr. Agus Susatya. Ia adalah seorang ahli peneliti sekaligus dosen kebanggaan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unib.

Dan para Pembedah atau Pembahas juga orang-orang kompeten di bidangnya yaitu Wiryono, Marlin dan Bandi Hermawan. Ketiga orang pembahas ini juga merupakan dosen sekaligus peneliti kebanggaan dari Unib.

Mengawali paparannya, Agus Susatya mengungkap sekelumit pengalaman ketika Ia melakukan penelitian terhadap Bunga Rafflesia. “Ketika meneliti saya harus keluar masuk hutan, bahkan untuk menunggu Rafflesia mekar saya pun harus tidur di hutan. Lucunya, waktu meneliti di kawasan hutan TNKS Kabupaten Lebong, saya sudah tiga hari di dalam hutan namun Rafflesia tidak mekar-mekar, ehh setelah saya pulang ternyata dia mekar. Mungkin benar kata orang, orang yang meneliti Bunga Rafflesia adalah ‘orang gila’. Tapi saya belum !” ujar Agus seraya berkelakar.

Dijelaskan Agus, bukunya berjudul Rafflesia : Pesona Bunga Terbesar di Dunia itu terdiri dari empat bagian yaitu mengupas tentang morfologi dan taksonomi Rafflesia, deskripsi masing-masing Rafflesia dan sebaran geografisnya serta tentang ekologi yang menjelaskan tentang interaksi antar jenis-jenis Rafflesia dengan jenis tumbuhan lain yang menjadi inangnya dan antara jenis inangnya dengan tumbuhan di sekitarnya. Kemudian buku itu juga menjelaskan siklus hidup dan populasi serta konservasi Rafflesia.

Kata Agus, di dunia ini ada 25 jenis Bunga Rafflesia. Dari 25 jenis itu, 15 diantaranya terdapat di Sumatera-Indonesia dan dari 15 jenis Rafflesia di Sumatera 4 diantaranya terdapat di Provinsi Bengkulu. Hebatnya, dari 4 jenis Rafflesia di Bengkulu 2 diantaranya ditemukan oleh Agus Susatya. Bahkan Agus juga ikut memberikan penamaan terhadap 2 jenis Rafflesia tersebut yakni Rafflesia bengkuluensis Susatya, Arianto & Mat-Salleh dan Rafflesia lawangensis Mat-Salleh, Mahyuni et Susatya.

Bunga Rafflesia merupakan jenis langka yang memiliki daya tarik tersendiri dan saat ini menjadi ikon daerah Provinsi Bengkulu dengan sebutan Bengkulu Bumi Rafflesia. Ketika orang menyebut Bengkulu identik dengan Bunga Rafflesia, begitupun sebaliknya.

“Tapi, kita dan masyarakat Bengkulu harus terus menggalakkan berbagai upaya dalam rangka pelestarian Rafflesia serta meningkatkan brand image Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia. Sebab bila tidak, bisa saja suatu saat nanti daerah lain seperti Aceh atau negara lain seperti Filipina dan Malaysia mengklaim bahwa merekalah yang berhak menyandang ikon sebagai Bumi Rafflesia itu,” papar Agus.

Meskipun singkat, paparan dilakukan Agus Susatya tidak sedikit mengundang decak kagum dari para peserta bedah buku termasuk dari para pembahas. Pembahas satu, dua dan tiga yaitu Wiryono, Marlin dan Bandi Hermawan memberikan pujian serta apresiasi yang tinggi kepada Agus Susatya.

Kata Wiryono, mungkin karena kelangkaannya dan tidak tampaknya organ vegetative Rafflesia, maka jumlah peneliti Rafflesia relative sedikit. Diantara yang sedikit itu adalah Dr. Agus Susatya.

“Dengan latar belakang penulisnya yang ahli tentang Rafflesia, maka buku Rafflesia, bunga terbesar di dunia ini adalah buku yang authoritative, yang informasinya akurat dan mutakhir. Meskipun format tidak formal, namun isi buku ini sangat serius. Apa yang diteliti Agus tidak masuk bidang stratgeis yang diprioritaskan Dikti, dengan kata lain segi pendanaan penelitian ini tentu sangat terbatas. Oleh karena itu, ketekunan Dr. Agus dalam mencari jenis-jenis baru Rafflesia dan mempublikasikannya dalam buku perlu diberi apresiasi yang sangat tinggi,” tukas Wiryono.

Senada diungkapkan Marlin dan Bandi Hermawan. Kata Marlin, buku yang ditulis Agus Susatya ini merupakan suatu “anugerah” bagi kita yang ingin mengenal lebih dalam sosok Rafflesia yang menjadi bunga kebanggaan dunia. Karena sangat sedikit buku yang memberikan informasi tentang Rafflesia, apalagi dalam bahasa Indonesia.

“Secara keseluruhan, buku ini memberikan pengetahuan dan wawasan yang cukup luas bagi kita mengenai sejarah sejak awal ditemukan bunga terbesar yang sungguh mempesona. Pengetahuan ini tentu saja sangat penting, serta menumbuhkan rasa bangga akan kekayaan flora langka yang kita miliki. Selain itu, dalam buku ini juga menjelaskan secara detail beberapa variasi dari bunga, sitribusi, populasi, hingga upaya konservasi yang dapat dilakukan untuk melestarikan bunga langka ini. Apresiasi yang tinggi saya haturkan untuk penulis,” tukas Marlin. [hms1]