Lecturer Mobility UNIB Kunjungi DLT UNJA di Desa Pudak Muaro Jambi

SELAIN diskusi tentang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan peningkatan tata kelola universitas, sistem layanan berbasis internet serta kegiatan tri dharma perguruan tinggi lainnya, kegiatan Lecturer Mobility UNIB ke Universitas Jambi (UNJA) juga diwarnai kunjungan ke Desa Pudak Kecamatan Kupeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, Selasa (6/9/2022).

Rektor UNIB dan rombongan ketika berkunjung ke Desa Pudak. (foto:hms1)

Kunjungan dilakukan Rektor UNIB Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc bersama Wakil Rektor II UNIB Bidang Sumberdaya Yefriza, S.E, MPPM, Ph.D, dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNIB Dr. Ir. Hery Suhartoyo, M.Sc serta Dosen senior Fakultas Pertanian UNIB Dr. Ir. Budiyanto, M.Sc.

Rektor UNIB dan rombongan disambut baik dengan penuh persahabatan oleh Wakil Rektor IV UNJA Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi, Prof. Dr.rer.nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si bersama Ketua LPPM UNJA Dr. Ade Octavia, S.E, MM yang ternyata sudah lebih duluan menunggu di lokasi. Tampak hadir juga beberapa dosen peneliti dari UNJA, para mahasiswa yang melaksanakan program MBKM, serta sejumlah perempuan dari Desa Pudak yang diberdayakan melalui pendampingan LPPM UNJA.

Rektor UNIB dan rombongan foto bersama mahasiswa UNJA yang melaksanakan MBKM. (foto:hms1)

“Kami mendapat informasi bahwa Desa Pudak ini kondisinya semakin maju sejak dijadikan Desa Laboratorium Terpadu UNJA. Banyak program pemberdayaan masyarakat dan penelitian yang dilakukan di desa ini. Menariknya, pemberdayaan dilakukan terhadap perempuan desa terutama perempuan yang sudah tidak bersuami lagi.”

“Karena itu dalam kegiatan lecturer mobility, kami datang jauh dari Bengkulu sengaja ingin melihat secara dekat program pemberdayaan yang dilakukan, seperti pengembangan budidaya Labu Madu dan Cacing Sutra. Program-program yang bagus ini rencananya akan kami adopsi untuk dikembangkan di Bengkulu melalui skema-skema program yang ada di LPPM UNIB,” ujar Dr. Retno Agustina Ekaputri.

Wakil Rektor IV UNJA ketika menjelaskan DLT UNJA di Desa Pudak. (foto:hms1)

Menanggapi maksud dan tujuan kunjungan Rektor UNIB dan rombongan, Wakil Rektor IV UNJA, Prof. H. Rayandra Asyhar menjelaskan, Desa Pudak merupakan salah satu Desa Binaan sebagai DLT (Desa Laboratorium Terpadu) yang dikembangkan UNJA. Pada tahun 2022, melalui DLT Kewirausahaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNJA, Desa Pudak dijadikan lokasi Pusat Pengembangan Usaha Cacing Sutra (Tubifer Sp) Melalui Kombinasi Model Sirkulasi Air Mengalir dan Sayur-sayuran pada Perempuan Single Parent.

Melalui pendampingan program LPPM UNJA, di Desa Pudak juga dikembangkan budidaya Labu Madu serta pengembangan produk-produk makanan berbahan Labu Madu yang saat ini semakin digemari masyarakat. Juga dilakukan budidaya jagung, tanaman padi, penggemukan sapi tahan hama penyakit, serta pembuatan pupuk organik.

“Menariknya, memang pemberdayaan ini ditujukan kepada para perempuan, terutama perempuan-perempuan yang tidak bersuami lagi untuk membantu keberlangsungan hidup dan peningkatan perekonomiannya,” papar Prof. H. Rayandra Asyhar.

Tampak para mahasiswa MBKM UNJA swafoto bersama dengan pimpinan UNJA dan UNIB. (foto:hms1)

Lebih lanjut dijelaskan, untuk mengimplementasikan program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di UNJA, salah satunya dengan membentuk Desa Laboratorium Terpadu (DLT) sebagai tempat perkuliahan mahasiswa di luar kampus. Saat ini, UNJA telah memiliki sebanyak 60-an DLT yang tersebar di 11 kabupaten dan kota se Provinsi Jambi.

Konsep Desa Terpadu dimaksudkan agar suatu desa menjadi laboratorium bagi semua bidang ilmu yang ada di UNJA. Terpadu itu artinya multi disiplin ilmu bisa berkegiatan di suatu desa. Bisa melaksanakan penelitian terpadu, pengabdian, MBKM, magang dan lain-lain.

“Biasanya laboratorium itu secara fisik berupa gedung, namun di sini kita membuat konsep laboratorium yang langsung di desa. Sehingga desa yang telah ditetapkan sesuai dengan potensinya bisa dijadikan tempat pengambilan data, dan tempat berekspresi bagi dosen maupun mahasiswa,” ujar Prof. Rayandra.

Ditambahkan Prof. Rayandra, pembentukan DLT yang dilakukan UNJA telah melalui kajian sehingga disesuaikan dengan potensi desanya. Jika diketahui potensi desa memiliki lahan yang subur, maka bisa dijadikan lahan pertanian dengan beragam jenis tanaman yang produktif. Kemudian, bisa diintegrasikan dengan peternakan, kegiatan ekonomi hingga pengembangan Informasi Teknologi.

“Dengan pengintegrasian pertanian dan peternakan maka kebutuhan pupuk tanaman dapat dipenuhi sendiri dari limbah atau kotoran ternak. Kemudian, hasil pertanian bisa dikembangkan menjadi produk UMKM oleh kaum perempuan. Lalu untuk pemasaran, maka dosen-dosen dan mahasiswa dari disiplin ilmu ekonomi bisa memainkan perannya. Dan untuk membantu promosi sekaligus pemasaran produk, bisa melibatkan dosen dan mahasiswa bidang IT seperti menggunakan sistem online serta melalui market place. Ini lah yang dimaksud konsep terpadu.”

“Saat ini di Desa Pudak sudah mulai merasakan manfaatnya, dimana produk Labu Madu yang dibudidayakan para perempuan desa sudah digemari masyarakat luas dan sudah masuk ke pasar di Kota Jambi baik pasar tradisonal maupun pasar modern dan mall-mall. Begitupun dengan Cacing Sutra yang dihasilkan, saat ini peminatnya semakin banyak dengan harga jual yang cukup menguntungkan,” ujar Prof. Rayandra.

Prof. Rayandra menekankan, pembentukan DLT UNJA lebih bertujuan untuk memfasilitasi dosen dan mahasiswa melaksanakan penelitian dan program pengabdian kepada masyarakat. Dengan berbagai potensi yang ada di DLT tersebut, maka dosen dan mahasiswa dapat memilih mana desa yang sesuai dengan judul penelitian yang akan di laksanakan. Sehingga hasil dari penelitian akan lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat dan berkelanjutan.

“DLT juga mendukung MBKM serta dapat merangsang Pemerintah Daerah untuk merealisasikan program pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada proyek, namun lebih berorientasi pada hasil dari pembangunan yang dilakukan. Juga bisa merangsang pihak bank maupun perusahaan swasta untuk mengimplementasikan CSR-nya melalui kerjasama dengan akademisi sehingga bantuan yang diberikan lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

Rektor dan Ketua LPPM UNIB melihat pusat pengembangan Cacing Sutra di Desa Pudak. (foto:hms1)

Setelah mendengarkan penjelasan Wakil Rektor IV UNJA dan melihat langsung kegiatan tri dharma perguruan tinggi UNJA di Desa Pudak, Ketua LPPM UNIB Dr. Hery Suhartoyo mengakui banyak hal yang menginspirasi dan patut dipertimbangkan untuk diadopsi pada program-program LPPM UNIB masa akan datang. “Seperti bagaimana menjadikan Desa Binaan UNIB menjadi terpadu yang artinya bisa mengakomodir berbagai disiplin ilmu dan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat pada satu desa tertentu. Kemudian, bagaimana mensosialisasikan kepada mahasiswa dan dosen agar menjadikan Desa Binaan sebagai tempat pelaksanaan MBKM, tempat mahasiswa melakukan perkuliahan di luar kampus dan lain sebagainya,” ujarnya.

UNIB sendiri kata Dr. Hery Suhartoyo sudah banyak memiliki desa binaan yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota se Provinsi Bengkulu, seperti Desa Rindu Hati di Bengkulu Tengah yang saat ini sudah banyak dikembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sehingga menjelma jadi Desa Pariwisata di Provinsi Bengkulu. Namun, desa-desa binaan tersebut belum secara masif dijadikan tempat MBKM, sehingga ke depan akan didiskusikan dan dilakukan kajian oleh dosen-dosen peneliti. “Nanti kita diskusikan dengan teman-teman dosen, agar desa binaan LPPM UNIB bisa dikembangkan menjadi pusat penelitian dan pengabdian masyarakat secara terpadu,” tukasnya.[Penulis : Purna Herawan/Humas].