Kuliah Umum Wakil Menteri Pendidikan

JUMAT pagi (20/4), ruang rapat utama gedung rektorat Universitas Bengkulu yang berkapasitas 250 orang penuh sesak dengan mahasiswa beralmamater biru. Ratusan mahasiswa itu bukan untuk berdemontrasi, tapi mereka rela berdesak-desakan untuk mengikuti kuliah umum Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S.

Acara yang dibuka sekaligus dipandu langsung oleh Rektor Unib Prof. Dr. Ir. H. Zainal Muktamar, M.Sc, Ph.D itu sengaja diselenggarakan dalam rangka memeriahkan rangkaian perayaan dies natalis ke 30 atau lustrum VI Universitas Bengkulu, sekaligus untuk menambah khasanah kehidupan akademik dalam rangka pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa dan segenap sivitas akademika Unib.

Tema kuliah umum yang disampaikan mantan Rektor Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat itu sangat realistis dan relevan dengan kondisi kekinian, yaitu “Pengembangan Lulusan Perguruan Tinggi Berkelas Dunia yang Berkecerdasan Komprehensif, Kompetitif dan Berkarakter Mulia.”

Sejalan dengan tema itu Prof. H. Zainal dalam sambutannya mengatakan, agar siap menghadapi kemajuan zaman, lulusan perguruan tinggi tidak hanya ditutut memiliki kemampuan intelektual yang tinggi tapi harus berkarakter baik dan mulia, kompetisi yang bagus dan keterampilan atau soft skill lainnya.

“Kita di Unib pun begitu. Tidak hanya kemampuan intelektual tinggi yang ditekankan, tapi proses penanaman dan pengembangan karakter, pelatihan-pelatihan serta pengembangan soft skill juga terus diupayakan dalam setiap proses pembelajaran dan transformasi ilmu kepada para mahasiswa,” ujarnya.

Sementara itu, mengawali kuliah umumnya, Prof. H. Musliar Kasim mengucapkan selamat kepada Universitas Bengkulu yang saat ini tengah merayakan lustrum ke VI atau dies natalis ke 30. Ia juga memberikan apresiasi kepada Unib, sebab saat ini telah memiliki Program Studi Pendidikan Kedokteran yang dalam waktu dekan akan ditingkatkan statusnya dari program studi mejadi fakultas.

“Prof. Zainal ini adalah salah satu dari ratusan rektor perguruan tinggi se Indonesia yang mejadi best frend Saya. Karena Saya juga berasal dari Sumatera (Padang, Sumatera Barat, red), maka  Kami sering berbincang dan bertukar informasi khususnya menyangkut pengembangan perguruan tinggi. Saya pun selalu mendukung dan mendorong agar Unib mendirikan program pendidikan kedokteran. Bila tidak, maka tiap tahun kesempatan orang daerah untuk menjadi dokter sangat sedikit. Oleh sebab itu, Saya memberikan apresiasi yang tinggi karena kini Unib telah memiliki pendidikan dokter,” ujar Prof. Musliar.

Dalam kuliah umum yang berdurasi kurang lebih 2,5 jam itu, Prof. H. Musliar Kasim memaparkan tentang peran dan fungsi perguruan tinggi sesuai dengan cita-cita pendidikan di Indonesia. Bahkan Ia memberikan contoh beberapa Negara di Asia yang maju karena pendidikannya maju seperti Jepang, Korea, India dan China. Dia juga mengurai tentang Pendidikan Karakter, baik dari segi pengertian maupun implementasi pelaksanaannya di setiap jenjang pendidikan. Bahkan pada kesempatan itu Prof. Musliar juga memaparkan tentang pengertian kewirausahaan dan pentingnya mengembangkan jiwa wirausaha bagi para mahasiswa sehingga setelah lulus kuliah mereka bisa membuka usaha sendiri dan mandiri secara ekonomi.

“Di Asia saja kita bisa contohkan seperti Jepang, Korea, India dan China. Mereka menjadi Negara maju karena pendidikannya maju. Kenapa mereka bisa maju ? Karena mereka punya karakter yang baik, antara lain kemauan untuk maju, kerja keras, berprinsip “Harus Bisa”, motivasi dan memiliki kebanggaan terhadap negaranya. Nah, bagaimana dengan Indonesia ? Mari kita renungkan bersama kemudian mari kita berusaha dan berjuang agar pendidikan di tanah air semakin maju,” papar Prof. Musliar Kasim.

Pantauan tim Humas, acara kuliah umum Wakil Menteri Pendidikan itu berjalan tertib dan lancar. Ratusan mahasiswa tampak antusias mengikutinya, dan hingga sesi paparan materi dan sesi Tanya jawab berakhir mereka tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing. Bahkan karena ruangan telah melebihi kapasitas, sejumlah mahasiswa yang terlambat hadir harus rela berdiri hingga acara usai.[hms1/Rus]