Kuliah Umum Prof. Dorodjatun : Bagaimana Memposisikan Pembangunan Bengkulu ?

USAI menyaksikan prosesi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UNIB dan PT. BTBPN Tbk, di ruang rapat tiga gedung rektorat UNIB, Rabu pagi (13/5/2015), Komisaris Utama PT. BTPN Tbk Prof. Dr. Emeritus Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Ph.D yang juga guru besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia memberikan kuliah umum dengan tema “Bagaimana Memposisikan Pembangunan Provinsi Bengkulu ?”

_MG_4636

Kuliah umum itu sangat menarik dan disambut antusias oleh puluhan mahasiswa dan dosen yang hadir, sebab tema tersebut sangat relevan karena menyangkut kondisi Bengkulu dan memaparkan ide-ide cemerlang agar ke depan pembangunan di daerah ini dapat berkembang pesat dan mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang lebih maju di Indonesia.

Prof. Dorodjatun pada kesempatan itu memaparkan bahwa kondisi geografi dan demografi merupakan penentu nasib bangsa dan negara. Dilihat dari geografi dan demografi, Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu memiliki bonus yang merupakan rahmat dari Tuhan, namun selama ini belum tergarap maksimal bagi kemajuan bangsa dan kesejateraan rakyatnya.

_MG_4682

Bonus demografi Indonesia itu adalah sebagai negara kepulauan tropis yang terbesar di dunia, dengan “tropical coastal area” yang terpanjang ke 3. Kemudian Indonesia berlokasi strategis di antara dua benua dan dua samudera dan dilalui 4 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) utma. Dan Indonesia berbatasan langsung di laut, di darat, dan di udara dengan 10 negara berdaulat di semua penjuru angin.

Indonesia juga memiliki sumber daya alam (SDA) di darat berupa bahan-bahan galian dan deposit di bawah tanah, di laut Indonesia memiliki pantai yang panjang dan luas termasuk ZEE, dan di udara memiliki alur lalu lintas penerbangan, lalu lintas satelit, frekuensi radio, TV dan internet.

“Kita memiliki bonus demografi, namun belum tergarap maksimal. Setiap tahun rata-rata 60.000 kapal dunia lewat perairan laut Indonesia, tapi kita tidak cukup fasilitas revarasi kapal sehingga sangat minim kapal yang singgah dan kapal-kapal itu lebih memilih singgah di Singapura. Inilah kenyataan yang harus kita fikirkan bersama,” ujarnya.

_MG_4637

Provinsi Bengkulu kata Prof. Dorodjatun, juga memiliki bonus demografi yaitu berlokasi menghadap langsung dengan Samudera Hindia dan terletak di sepanjang garis pantai dengan panjang 500-an Km.

Sedangkan Samudera Hindia merupakan jalur strategis sebagai perlintasan kapal-kapal dunia dan mendapat perhatian serius dari puluhan negara yang tergabung dalam IORA (Indian Ocean Rim Association).

“Dilihat dari letak dan posisi Bengkulu yang menghadap langsung dengan Samudera Hindia, maka bisa disebut Bengkulu ini merupakan garis depan IORA. Nah, dengan demikian tinggal bagaimana daerah ini mampu menarik perhatian dari negara-negara yang tergabung dalam IORA itu,” papar Prof. Dorodjatun seraya menunjuk peta yang menggambarkan posisi Bengkulu.

_MG_4666

Dengan melihat dan memperhatikan posisi Bengkulu yang berada di garis depan IORA, Prof. Dorodjatun mengajak seluruh stakeholder di daerah ini untuk merubah cara berpikir, dan paradigma pembangunan perekonomian yang selama ini berorientasi ke daratan, ke depan mulai berorientasi pada pembangunan ekonomi kemaritiman dengan berbasis ke laut.

Untuk mewujudkan pembangunan kemaritiman yang berbasis pada laut, maka pembangunan Bengkulu harus menggunakan perencanaan pembangunan yang dilandasi pemikiran strategis yang meliputi penyusunan visi dan misi serta tujuan akhir (goals) yang hendak dicapai secara terstruktur dan terukur. Kemudian perencanaan harus juga dilandasi pemikirann operasional yang merincikan kegiatan nyata untuk mencapai taget/sasaran.

Setiap tahap pembangunan harus dijalani, tidak dapat diloncati, dan sangat sulit dipercepat. Pelaksanaan perencanaan akan mudah gagal kalau perencanaan terlibat atau dilibatkan KKN dalam skim yang memanipulasi perencanaan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Hasil perencanaan pembangunan yang dikehendaki adalah yang mampu menggelindingkan proses yang berkelanjutan (sustainable development). Pada gilirannya proses seperti itu menuntut adanya keikutsertaan yang luas (broad-based participation) dari semua pemangku kepentingan. Juga menuntut adanya perhatian yang kuat terhadap pelaksanaan “good governance” di dalam dan di luar pemerintahan, demikian Prof. Dorodjatun.

Diakhir paparannya Prof. Dorodjatun mengajak seluruh generasi muda khususnya para mahasiswa di UNIB untuk sama-sama membuka cakrawala berpikir agar ke depan daerah Bengkulu dan bangsa Indonesia umumnya dapat lebih berkembang pesat dan maju dengan semaksimal mungkin memanfaatkan seluruh potensi dan bonus demografi yang dimiliki.

“Pada 2045 nanti, kita memasuki se-abad kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, adik-adik mahasiswa yang akan menggantikan posisi kepemimpinan di daerah maupun tingkat nasional. Nah oleh sebab itu, sejak sekarang mulailah berpikir tentang konsep-konsep bagaimana memajukan pembangunan perekonomian ke depan,” tukasnya.[humas 1]