Kuliah Umum Perubahan Iklim di Indonesia

SEPERTI telah dilansir sebelumnya, dies natalis ke-30 atau lustrum VI Universitas Bengkulu tahun 2012 ini memang dirancang semeriah mungkin dan diwarnai berbagai kegiatan berskala nasional dan internasional. Salah satu kegiatan itu adalah kuliah umum tentang “Perubahan Iklim di Indonesia dan Permasalahannya” yang disampaikan Dr. Edvin Aldrian, APU, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat.

Kuliah umum yang dihelat di ruang rapat utama gedung rektorat Unib, Kamis (29/3) itu, diikuti ratusan mahasiswa dan dihadiri sejumlah dosen peneliti Unib. Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor Prof. Ir. H. Zainal Muktamar, M.Sc, Ph.D dan dikomando langsung oleh Pembantu Rektor Unib Bidang Akademik Dr. Ir. Fahrurrozi, M.Sc selaku moderator.

Tampak hadir juga Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum dan Keuangan Prof. H. Wachidi selaku Ketua Panitia Dies Natalis ke-30 Unib, Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan H. Hutapia Wazir, ME, Pembantu Rektor bidang Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Drs. Azhar Marwan, M.Si, para kepala biro, kabag dan pejabat Unib lainnya.

Dr. Edvin Aldrian yang juga merupakan Lead Author Working Group IInter Government Panel on Climate Change (IPCC), mengawali kuliah umum dengan mengungkapkan kebanggaannya karena bisa berada di tengah-tengah civitas akademika Universitas Bengkulu yang saat ini tengah merayakan lustrum ke VI. “Selamat dies natalis ke 30, semoga ke depan Unib semakin maju,” ujarnya.

Terkait materi kuliah umum yang disampaikan, Dr. Edvin memaparkan bukti-bukti nyata perubahan iklim di Indonesia. Ia juga menjelaskan sekilas tentang konsep perubahan iklim, latar belakang pemanasan global, manajemen perubahan iklim, permasalahan perubahan iklim di indonesia dan dampak-dampaknya, serta bentuk perubahan iklim di Indonesia. Bahkan Dr. Advin juga menunjukkan sejumlah peluang riset perubahan iklim serta mengajak para peneliti untuk melakukan penelitian.

Kata Dr. Edvin, permasalahan dengan perubahan iklim di Indonesia antara lain adanya gap antara political will dan scientific capacity, kemudian gap antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, perkembangan sumber daya manusia, dan kapasitas penelitian yang masih terbatas serta peningkatan skills and expertise. Selain itu, terlalu banyak observers daripada players dalam perubahan iklim Indonesia sehingga kurang data.

“Oleh sebab itu, kami dari BMKG senantiasa mensosialisasikan berbagai aspek perubahan iklim serta mengajak dan mengimbau seluruh lapisan untuk sama-sama peduli dan ikut mengatasi dampak-dampak yang akan ditimbulkan,” paparnya.

Pantauan Tim Humas Unib, kuliah umum yang disampaikan salah satu pejabat teras Badan Meteorologi Kelimatologi dan Geofisika Pusat tersebut disambut antusias oleh para mahasiswa dan keingin-tahuan serta rasa kepedulian mereka tentang perubahan iklim juga sangat besar. Buktinya, ketika dibuka sesi tanya jawab, sejumlah mahasiswa seakan berlomba mengajukan pertanyaan maupun saran dan masukan.[hms1]