UNIVERSITAS BENGKULU

Terik matahari Kota Padang mulai menyengat tanpa ampun. Lumpur mengering di sela-sela trotoar, bercampur pasir dan puing yang masih menyisakan jejak amukan banjir. Namun, Minggu pagi (21/12/2025) itu, Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, tak hanya dipenuhi sisa bencana, tapi juga dipenuhi harapan untuk kembali rapi dan berseri.

Para peserta KKN Tematik Unib bahu membahu membersihkan lumpur sisa bencana banjir.(foto:ist-Risanti)

Dari ratusan kilometer jauhnya Bumi Rafflesia, puluhan mahasiswa Universitas Bengkulu (Unib) datang membawa lebih dari sekadar tenaga. Mereka membawa empati. Bergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kemanusiaan Pasca Bencana, para mahasiswa Unib turun langsung berjibaku membersihkan lumpur, membuka kembali akses jalan, dan membantu warga bangkit dari keterpurukan.

Bukan di ruang kelas atau ruang diskusi akademik, pengabdian itu terwujud di bawah panas matahari dan beratnya cangkul. Di sepanjang trotoar Jalan Dr. Moh. Hatta hingga Jalan Irigasi, mereka bahu-membahu bersama mahasiswa Universitas Andalas (UNAND), warga setempat, serta relawan lintas elemen.

Solidaritas mahasiswa Unib dan Unand serta kelompok masyarakat lainnya membersihkan lumpur.(foto:ist-Risanti)

“Minggu ini kami fokus melaksanakan gotong royong membersihkan sisa tanah, pasir, dan puing akibat banjir. Area yang kami bersihkan cukup panjang dan sebelumnya sempat menutup akses jalan dan halaman rumah warga,” ujar Risanti Sihombing, salah satu peserta KKN Tematik Unib, di sela-sela kegiatan.

Material banjir yang mengendap tak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan. Lumpur yang mengeras, saluran air yang tersumbat, serta puing kayu dan batu menjadi tantangan tersendiri. Namun semua itu terasa lebih ringan ketika dikerjakan bersama.

Mahasiswa Unib dan UNAND melakukan diskusi di sela-sela kegiatan pembersihan lumpur.(foto:ist-Risanti)

Kolaborasi Tanpa Sekat

Gotong royong hari itu menjadi potret kolaborasi tanpa batas. Relawan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) turut hadir membawa peralatan lengkap, seperti cangkul, sekop, dan pengki, melebur bersama mahasiswa dan masyarakat. Tak ada sekat organisasi, tak ada perbedaan latar belakang. Semua bekerja dengan satu tujuan, yaitu untuk membantu memulihkan kehidupan warga Cupak Tangah.

“Pembersihan ini melibatkan banyak pihak. Kami bersama-sama menyingkirkan puing yang menutupi akses jalan dan rumah warga agar lingkungan kembali bersih, rapi, dan asri,” tambah Risanti.

Perlahan namun pasti, tumpukan lumpur yang sebelumnya menggunung mulai tersingkir. Saluran air kembali terbuka. Jalan yang sempat tertutup kini bisa dilalui. Di wajah warga, tersirat kelegaan dan rasa syukur.

Seorang warga Cupak Tangah mengaku sangat terbantu dengan kehadiran mahasiswa dan relawan. Di tengah upaya memperbaiki rumah dan perabot yang rusak, bantuan tenaga menjadi penopang yang tak ternilai.

Mahasiswa Unib dan UNAND juga membersihkan lumpur di rumah-rumah warga.(foto:ist-Risanti)

Lebih dari Sekadar KKN

Bagi Risanti Sihombing dan kawan-kawan, kegiatan ini bukan semata pemenuhan kewajiban akademik atau beban satuan kredit semester (SKS). Ini adalah implementasi nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Sekaligus wujud simpati lintas provinsi bagi saudara-saudara di Ranah Minang yang beberapa minggu lalu diterpa bencana banjir.

Kehadiran mereka di Sumatera Barat merupakan tindak lanjut dari pelepasan resmi 20 mahasiswa KKN Tematik Kemanusiaan Unib oleh Rektor Unib Prof. Dr. Indra Cahyadinata, S.P, M.Si, pada 17 Desember 2025 lalu. Mahasiswa terpilih berasal dari tujuh fakultas dan telah melalui proses seleksi serta pembekalan intensif.

Pelaksanaan KKN Tematik ini berlangsung selama satu bulan, dari 19 Desember 2025 hingga 19 Januari 2026, dengan fokus pada wilayah terdampak banjir di Kota Padang, berkolaborasi langsung dengan mahasiswa Universitas Andalas.

Mahasiswa Unib dan UNAND mendengar cerita warga dan berempati atas musibah yang terjadi.(foto:ist-Risanti)

Tak hanya mengirim mahasiswa, Universitas Bengkulu juga menyalurkan donasi kemanusiaan senilai Rp60 juta untuk korban banjir di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, serta memberikan keringanan hingga pembebasan UKT bagi mahasiswa Unib yang terdampak bencana.

Menjelang siang, keringat mengalir di wajah para mahasiswa. Pakaian mereka berlumur lumpur, tangan pegal oleh kerja keras. Namun di balik lelah itu, ada kepuasan yang tak tergantikan.

Di Cupak Tangah, para mahasiswa Unib dan UNAND membuktikan bahwa gotong royong adalah obat paling mujarab untuk membasuh luka pasca bencana. Bahwa solidaritas, ketika hadir dengan tulus, mampu menyalakan kembali harapan, bahkan dari balik lumpur yang paling pekat. [Laporan: Risanti | Editor: Purna Herawan | Humas].