BkkbN Gelar Open Forum Pemanfaatan Bonus Demografi pada Era Revolusi Industri 4.0

SELAIN menandatangani nota kesepahaman kerjasama pendirian Pojok BkkbN di Perpustkaan UNIB, BkkbN Bengkulu bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNIB menggelar Open Forum berupa kuliah umum tentang Pemanfaatan Bonus Demografi pada Era Revolusi Industri 4.0 dari Generasi Milenial menuju Generasi Emas 2045.

Kegiatan bernuansa akademik yang dibuka secara resmi oleh Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc ini terbilang sangat istimewa karena menghadirkan narasumber sangat kompeten, yaitu Prof. drh. M. Rizal Martua Damanik, MRepSc, Ph.D, Guru Besar bidang Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan saat ini menjabat sebagai Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BkkbN.

Pembukaan acara ditandai pemukulan dol oleh Rektor, Narasumber, Kepala BkkbN Bengkulu, serta Kepala UPT Perpustakaan UNIB. Usai pembukaan, kuliah umum dipandu oleh Wakil Rektor I UNIB Bidang Akademik, Prof. Lizar Alfansi, SE, MBA, Ph.D dan diikuti dengan antusias oleh dosen serta ratusan mahasiswa FISIP UNIB.

Sebelum memaparkan materi kuliah umum, Prof. M. Rizal memberikan apresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada UNIB yang telah bersinergi dan banyak melakukan kerjasama dengan BkkbN dalam upaya peningkatan pembangunan sektor kependudukan.

“Kita menyadari pembangunan kependudukan sangat penting untuk terus ditingkatkan. UNIB yang memiliki banyak sumber daya manusia sangat diharapkan dapat berkontribusi dalam mensukseskan program-program BkkbN dalam upaya pembangunan kesejahteraan masyarakat baik skala lokal maupun nasional. Oleh karena itu, kerjasama dan sinergisitas antara BkkbN dan UNIB patut kita apresiasi,” ujarnya.

Terkait dengan tema kuliah umum ini kata Prof. M. Rizal, merupakan topik bahasan di banyak kalangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebab, seiring revolusi industri 4.0, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2045, dimana pada saat itu nanti Indonesia akan genap berusia 100 tahun kemerdekaan dengan jumlah angkatan kerja lebih besar dari non angkatan kerja.

“Pada 2045 Indonesia akan memperingati 100 kemerdekaannya. Pada saat itu pula Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana perbandingan jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja lebih besar dibanding dengan penduduk non angkatan kerja. Inilah yang dinamakan generasi emas Indonesia,” ujarnya.

Menghadapi bonus demografi tersebut kata Prof. M. Rizal, para generasi muda, khususnya mahasiswa harus mempersiapkan diri secara baik. Apalagi saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, zamannya teknologi canggih.

“Jika para generasi muda kita tidak dipersiapkan dengan baik maka Indonesia akan kehilangan moment dan tidak akan mampu memanfaatkan bonus demografi yang datangnya hanya sekali. Para pemuda harus mampu menghadapi tantangan dan menjadikan era revolusi industri 4.0 sebagai peluang untuk meraih kesuksesan,” ucap Prof. M. Rizal.

Apa saja tantangan di era industri 4.0 ? Menurut Prof. M. Rizal, perubahan skill yang harus dimiliki oleh para tenaga kerja, dengan cara menguasai keterampilan teknis seperti kemampuan pengoperasi komputer beserta internet dan jaringan, keterampilan pemograman, annalistic data serta robotika.

Para tenaga kerja yang tidak adaptif dengan tuntutan keterampilan era industri 4.0 lambat laun akan tersingkir dari dunia kerja serta kehilangan akses untuk menikmati kemajuan zaman. “Nah, gap keterampilan ini lah yang menjadi kekhawatiran akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang,” ujarnya.

Sebaliknya, jika generasi muda sudah mempersiapkan diri, maka era industri 4.0 akan membuka banyak peluang menuju kesuksesan. Sebab, era industri 4.0 memunculkan beragam profesi baru yang tidak ada sebelumnya. Kemudian, dengan berbagai model bisnis baru dan akses pasar yang semakin luas hal ini akan mendorong meningkatnya permintaan barang dan jasa, serta meningkatkan lapangan pekerjaan.

“Persiapkan diri Anda mulai sekarang, selain meningkatkan kemampuan akademik, para mahasiswa juga harus memiliki banyak keterampilan lain seperti penguasaan penggunaan komputer, internet dan jaringan, serta memperbanyak relasi yang pada saatnya nanti akan bermanfaat bagi kehidupan,” ujarnya.

Kemudian tambah Prof. M. Rizal, selain masih pentingnya peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dilakukan secara terus menerus, peningkatan jumlah stunting juga harus menjadi perhatian bersama sehingga mampu dicegah dan diantisipasi secara baik.

“Jumlah stunting atau anak kurang gizi di Indonesia masih sangat tinggi. Ayo kita cegah bersama-sama dengan mengoptimalkan pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan setiap anak. Generasi muda, khususnya mahasiswa harus memahmi hal ini dan kemudian menyebarluaskan pengetahuan tentang pencegahan stunting ini kepada masyarakat,” papar Prof. M. Rizal. [Hms1].