Bengkulu Jadi Pilot Project Penanganan Bencana

SEJUMLAH pakar kebencanaan dari Badan Penanganan Bencana (Volcanologist, NGS Science) New Zealand dan Universitas Gadjah Mada (UGM), melakukan audiensi dengan Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, M.Si dan pimpinan UNIB lainnya, di ruang rapat pimpinan, Selasa (24/11/2015).

1

Mereka mengajak untuk bersama-sama melaksanakan program penanganan kebencanaan, sebab Bengkulu merupakan salah satu daerah rawan bencana dan menjadi pilot project dari program yang sudah berlangsung selama ini.

Para ahli yang melakukan audiensi dengan Rektor UNIB itu antara lain dua orang dari NGS New Zealand yaitu Phill Jhon Glassy dan Geoffery Kilgour. Kemudian dari UGM yaitu Ahli Kegempaan Prof. Iman Satyorno, Ahli Pengindraan Jauh Dr. Agung Setianto, Ahli Antropologi Dr. Esti Anantasari, dan Ahli Geografi Dr. Arry Retnowati. Kemudian hadir juga pada audiensi itu, Ketua DPRD Kota Bengkulu, Erna Sari Dewi, selaku perwakilan Pemerintah Daerah.

2

Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, menyambut baik rencana kerjasama program penanganan kebencanaan ini sebagai wujud nyata implementasi tri dharma perguruan tinggi. Rektor juga menyampaikan sejumlah rencana program yang akan dilakukan UNIB ke depan, dimana program tersebut kemungkinan besar ada kaitannya dengan penanganan kebencanaan.

“Rencana program UNIB ke depan antara lain mendirikan Rumah Sakit. Program ini nanti tentu saja memiliki keterkaitan terhadap penanganan bencana. Artinya, sedapat mungkin Rumah Sakit yang akan dibangun UNIB nanti, mampu mendukung program-program penanganan kebencanaan. Maka dari itu, mulai dari desain, infrastruktur dan peralatan yang digunakan harus disesuaikan,” ujarnya.

4

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Mitigasi Bencana Universitas Bengkulu, Dr. M. Farid, MS, menjelaskan, para Tim Pakar yang datang ke UNIB ini telah menyusun sekaligus mengimplementasikan Program Pengembangan Penanganan dan Mitigasi Bencana, terkait bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan banjir.

“Untuk tahap awal, para Tim Pakar ini melakukan pelatihan-pelatihan dalam rangka menciptakan SDM handal di bidang penanganan bencana. Ke depan, akan membangun infrastruktur dan mengembangkan konstruksi tahan gempa bumi, serta membangun sistem deteksi bencana,” ujarnya.

Kata Dr. M. Farid, untuk mengimplementasikan program-program penanganan kebencanaan itu, Tim Pakar (dari UGM dan NGS New Zealand), akan menciptakan pola kerjasama segi tiga, antara Tim Pakar, Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota/Provinsi) dan Pusat Studi Mitigasi Bencana UNIB.

Ditambahkan Dr. M. Farid, Bengkulu merupakan salah satu dari empat provinsi se Indonesia yang saat ini dijadikan pilot project program penanganan bencana. Tiga provinsi lainnya yaitu Sumatera Barat, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Dari 4 provinsi itu, Tim Pakar bekerjasama dengan BPBD daerah setempat tengah membangun sistem deteksi dan alat sensor bencana di 10 kabupaten/kota. Untuk di Bengkulu saat ini tengah dibangun alat sensor tanah longsor di Kabupaten Seluma.

“Saat ini baru sebatas pilot project, namun ke depan program yang akan dilakukan lebih banyak lagi. Dan UNIB melalui Pusat Studi Mitigasi Bencana, akan ikut berperan aktif terhadap program-program yang akan dilaksanakan nantinya,” tukas M. Farid.

3

Pantauan Tim Humas UNIB, usai audiensi dengan rektor dan pimpinan UNIB lainnya, para tim pakar dari UGM dan NGS New Zealand itu memberikan kuliah umum kepada dosen dan mahasiswa UNIB di ruang rapat gedung rektorat. Kuliah umum itu diikuti puluhan dosen dan mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Teknik.[humas1]