BEM UNIB Gelar Seminar Literasi Politik Kesukuan

UNTUK memberikan pengkayaan ilmu pengetahuan tentang politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 17 April 2019, Kementerian Polkastrad Badan Eksekutif Mahasiswa KBM UNIB, menggelar seminar nasional tentang Literasi Politik Kesukuan dalam Era Pilkada, di ruang rapat utama gedung rektorat UNIB, Sabtu (2/3/2019).

Selain seminar, pada acara yang dihadiri ratusan mahasiswa ini juga dilakukan launching buku berjudul Politik Kesukuan Pilkada Bengkulu yang ditulis oleh Andriadi Achmad.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor UNIB Bidang Perencanaan dan Kerjasama Dr. Ardilafiza, SH, M.Hum dan menghadirkan Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah, MMA sebagai keynote speaker, serta Guru Besar Universitas Indonesia Prof. Dr. H. Maswandi Rauf, MA, Dosen FIFIP UNIB sekaligus pengamat politik senior di Provinsi Bengkulu Dr. Panji Suminar, M.A dan Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Bengkulu Riky Dwi Putra, S.IP sebagai narasumber.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor UNIB Dr. Ardilafiza mengatakan, kegiatan seminar nasional dan launching buku ini sangat penting untuk menambah pemahaman mahasiswa tentang politik, sehingga image negatif tentang politik berubah kearah yang positif. Oleh sebab itu, kegiatan ini patut diapresiasi oleh semua pihak.

“Semoga dengan kegiatan ini, selain menambah pemahaman bagi mahasiswa akan pentingnya politik, juga diharapkan dapat meningkatkan peran dan menguatkan sikap politik mahasiswa dan kaum intelektual umumnya terhadap gerakan lebih baik yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah pada kesempatan itu memaparkan bahwa untuk menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam kontestasi politik untuk saat ini bukan hanya sebatas kesukuan, agama, dan lainnya, akan tetapi pengaruh besar terhadap kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.

Oleh sebab itu kata Rohidin Mersyah, akademisi dan mahasiswa hendaknya tidak salah memahami serta tidak perlu mempersoalkan politik kesukuan karena politik praktis saat ini lebih menitikberatkan pada kualitas calon pemimpin atau calon legislatif itu sendiri.

Selain itu kata Rohidin Mersyah, mahasiswa jangan alergi dengan politik walau terkadang masyarakat mengasosiasikan politik itu sesuatu yang negatif.

“Politik itu tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan masyarakat. Kita tidak boleh alergi. Politik tidak semata berkutat pada pemilihan calon pemimpin, tapi juga menyangkut bidang ekonomi, sosial dan sektor-sektor lainnya,” paparnya.[Hms1]