Alumni ADik-UNIB Jadi Dokter di Papua

PROGRAM beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Universitas Bengkulu (UNIB), terus menuai keberhasilan. Salah satunya, seorang alumni ADik – UNIB saat ini telah menekuni profesi sebagai Dokter di Daerah Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Propinsi Papua Pegunungan.

Dia adalah Chorlance Adriana Demetou. Gadis asli kelahiran Kabupaten Keerom, Papua, pada tahun 1995 dan sehari-hari akrab dipanggil Ria. Pada wisuda Universitas Bengkulu periode ke-98 tanggal 15 Juni 2022 lalu, Ria terpilih sebagai wisudawan Menginspirasi.

Dilansir berita dalam website https://puslapdik.kemdikbud.go.id, saat ini Ria telah menekuni profesi dokternya di salah satu Puskesmas di daerah tersebut, setelah enam bulan menjalani Program Internship Kedokteran di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena.

Dalam pemberitaan tersebut, Ria mengatakan dirinya sangat bersyukur memperoleh beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Lebih bersyukur lagi, karena Dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu yang menjadi Program Studi pilihan pertama saat daftar ADik tahun 2013 lalu. Dengan segala dinamika perkuliahan, Dia berhasil memperoleh sarjananya tahun 2019 dan pendidikan profesinya pada 2022.

Mengenai Program ADik, Ria mengetahuinya melalui info yang diberikan sekolahnya saat SMA. “Sekolah memberi informasi soal ADik, terus saya dan beberapa teman rame-rame daftar di Dinas Pendidikan Kabupaten Keerom, lantas ikut tes di Jayapura, ternyata saya lolos, teman-teman lainnya tidak,” katanya.

Untuk lolos program ADik di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu, Ria mengaku tidak mudah. Ia menyadari bukan termasuk siswa terbaik di SMAnya, begitu juga SMAnya di Keerom bukan sekolah unggulan atau sekolah favorit. Begitu juga dengan kemampuan bahasa Inggris, dikatakan Ria, biasa-biasa saja.

Dengan kesadaran itu, Ria memantapkan niat awalnya untuk kuliah, memperkuat tujuan hidupnya untuk bermanfaat bagi orang lain, pantang menyerah. “Menjalani kuliah dan menjadi dokter tidak mudah, butuh semangat dan perjuangan dengan dukungan orang di sekitar kita, terutama orang tua. Saya juga bersyukur dan karena itu berterima kasih pada Kemendikbudristek yang mengelola ADik, guru-guru saya saat SMA, teman-teman kuliah dan para dosen di Universitas Bengkulu,” kata Ria.

Pihak kampus sangat mendukung

Sebagai orang Papua yang kuliah di Bengkulu dengan perbedaan bahasa, budaya, bahkan fisik, Ria mengakui mengalami suka dan duka. Saat di jalanan di Bengkulu, banyak diliatin orang, diketawain, dikira bule, dan berbagai pandangan lainnya yang menurut Ria sebagai hal yang wajar karena jarang sekali orang Papua di Bengkulu.

Padahal, lanjut Ria, pihak kampus, termasuk dosennya, sangat mendukung, sangat memperhatikan kebutuhan mahasiswa Papua penerima ADik. Bahkan dalam penilaian Ria, kepedulian para dosen dan pihak kampus sangatlah baik.

“Pihak kampus dan para dosen selalu membantu kami saat punya masalah dalam kuliah dan selalu menawarkan bantuan bila kami punya permasalahan apapun. Istilah saya, kami, mahasiswa Papua merasa punya privilege, punya keistimewaan dibanding mahasiswa lain yang bukan Papua, “paparnya.

Untuk kendala bahasa, dikatakan Ria, hampir tidak ada masalah. “Kita juga di Papua kan sudah terbiasa bahasa Indonesia, hanya dialek melayunya saja yang kadang-kadang membuat cukup berpikir dulu untuk memahaminya,” katanya.

Soal pergaulan dengan sesama mahasiswa,dikatakan Ria, relatif tidak ada kendala. Kuncinya kata Ria, kita harus membuka diri, tidak menyendiri atau hanya berkumpul dengan sesama mahasiswa Papua.

“Saya contohkan di Fakultas Kedokteran, kami sudah berbaur seperti keluarga, saling memperhatikan, saling membantu, yang penting kita mau membuka diri, kalau tertutup mereka juga tidak mau dekat dengan kita,” katanya.

Jangan khawatir soal biaya kuliah

Menjalani perkuliahan dan kini menjadi dokter di Wamena, Ria menilai, bukan hal mudah untuk menjadi seorang dokter, tetapi  bukan berarti tidak bisa dilakukan. “Ketika kita punya niat yang tulus untuk mencapai impian, maka pasti ada jalan untuk meraihnya, “tegasnya.

Ria berpesan pada generasi muda Indonesia untuk terus melanjutkan kuliah dan jangan takut soal biaya. Dikatakan Ria, saat ini banyak beasiswa, termasuk dari Kemendikbudristek melalui program ADik, yang bisa membantu setiap anak di Indonesia untuk meraih cita-cita dan impiannya.

Selain itu, masih banyak lagi bantuan pendidikan,baik dari pemerintah maupun organisasi lain non pemerintah untuk siapapun yang ingin kuliah di dalam maupun di luar negeri.“Saya dapat menempuh kuliah tidak bayar sepeserpun, hal ini diharapkan bisa menginspirasi semua untuk menggapai impian,” ujar Ria.

Dibekali kemampuan lainnya

Wakil Rektor I Bidang Akademik Univeritas Bengkulu, Prof. Dr. Mochamad Lutfi Firdaus, S.Si, M.Sc sangat senang dan bangga mendapat kabar salah satu alumni ADik-UNIB kini telah menjadi Dokter di Papua.

“Tentu saja kita sangat bangga. Salah satu kebahagiaan seorang dosen itu adalah ketika mendengar ada mahasiswnya yang berhasil menyelesaikan pendidikan dan sukses menggapai impiannya serta mampu berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Nama Chorlance Adriana Demetou yang akrab disapa Ria, menurut Prof. Lutfi Firdaus memang tidak asing lagi di telinganya. “Dia merupakan salah satu mahasiswa program beasiswa ADik yang cerdas dan berdedikasi. Karena itu, pada Wisuda periode ke-98 tanggal 15 Juni 2022 lalu, Dia kita nobatkan sebagai Wisudawan Menginspirasi,” kata Prof. Lutfi Firdaus.

Kecerdasan berpikir dan kepiawaian bergaul tentu tidak begitu saja didapatkan seorang mahasiswa, tetapi melalui proses pembentukan karakter, pembinaan dan penyediaan wadah-wadah bertinteraksi yang baik. Terkait hal itu, maka pihak kampus dalam program beasiswa ADik, tidak hanya mempersiapkan mahasiswa untuk mampu menjalani proses akademik tapi juga kemampuan lainnya seperti melalui seminar dan pelatihan keterampilan lainnya.

“Para mahasiswa ADik kita dorong untuk mengikuti seminar-seminar dan pelatihan, dilibatkan dalam organisasi kemahasiswaan dan lain sebagainya, sehingga selain memiliki kemampuan akademik yang mumpuni, mereka juga memiliki wadah berinteraksi yang positif, berkarakter dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik,” papar Prof. Lufti, seraya berharap keberhasilan Chorlance Adriana Demetou dapat menginspirasi mahasiswa lainnya.[Penulis : Purna Herawan/Humas. Sebagian naskah dikutif dari laman : puslapdik.kemdikbud.go.id].