Mengunjungi Alquran Raksasa di Perpustakaan Unib (1)

Sejak Selasa (4/2), Unit Pelaksana Tugas (UPT) Perpustakaan Universitas Bengkulu (Unib) mendapat kehormatan untuk memajang kitab suci Alquran yang usianya diprediksi sudah ratusan tahun. Alquran yang ditulis langsung dengan tulisan tangan itu kini tersimpan di lantai III. Seperti apa? Berikut laporannya.

KOMI KENDY, Kota Bengkulu

AROMA wewangian menyeruak dari dalam ruangan khusus ber-AC di lantai III gedung Perpustakaan Unib, saat RB berkunjung untuk melihat langsung Alquran “raksasa” yang ukurannya sekitar 2 x 3 meter itu. Pandangan mata langsung tertuju pada kitab berbentuk persegi empat yang ditutup rapi oleh kain putih di tengah ruangan.

Alquran itu dibentang di dalam sebuah kotak kayu berwarna merah kecokelatan. Konon menurut Agus Suyana, pemandu dari UPT Perpustakaan Unib, untuk membuka kain penutup berwana putih diperlukan doa. Pengunjung yang ingin melihatnya, terutama kaum hawa pun diingatkan sedang dalam keadaan bersih (tidak sedang datang bulan, red)

Disebutkan Alquran ini merupakan peninggalan zaman Prabu Siliwangi yang pernah memimpin Kerajaan Padjajaran. Juga tak lepas dari kisah putrinya Nyi Rara Santang, ibunda dari Sunan Gunung Jati. Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber, Prabu Siliwangi hidup di abad  15-16 masehi dan mengusai wilayah Banten dan Cirebon.

Hanya saja tahun berapa tepatnya dan siapa pembuat Alquran ini masih dalam tahap penelitian. “Pemiliknya menyebutkan Alquran ini sudah ada sejak ada zaman Prabu Siliwangi. Tapi baru ditemukan di sebuah pesantren yang ada di Bogor pada Oktober 2013 lalu,” kata Kepala UPT Perpustakaan Unib Drs. Agus Setyanto, M. Hum.

Untuk mengetahui tahun pembuatan Alquran, lanjut Agus, akan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membuka lembaran-lembaran Alquran. Sebab biasanya tahun pembuatan dituliskan di bagian tengah. “Ini juga menjadi PR bagi kami (UPT Perpustakaan) untuk menelusuri sejarah Alquran ini,” ujar Agus.

Dia menuturkan, diperlukan bantuan pakar yang ahli dan mampu melakukan pendekatan filologi.

Filologi adalah menelaah dan menyunting naskah untuk mengetahui isinya. Cabang ilmu ini bisa digunakan untuk meneliti kekayaan dan warisan intelektual Islam. Sehingga khazanah peninggalan berupa naskah kuno dapat dipelajari dengan maksimal.

“Kami juga berharap adanya pameran Alquran ini bisa ikut memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN). Apalagi nanti akan banyak tamu-tamu dari luar datang berkunjung. Mudah-mudahan ada pengunjung dari luar Bengkulu yang punya informasi mengenai Alquran,” tambahnya.

Mulai Rabu (5/2) hari ini, Alquran sudah bisa dilihat oleh pengunjung.  Kepala Subbag Umum UPT Perpustakaan Unib Dodi Sahdani mengatakan, pengunjung bisa datang pada siang hari. Namun untuk melihatnya UPT Perpustakaan menetapkan peraturan. Diantaranya pengunjung dilarang untuk menyentuh langsung Alquran.

“Kertasnya sudah cukup tua. Dilihat saja dari warnanya (cokelat tua). Khawatir kalau rusak atau robek, akan kesulitan mencari kertas serupa untuk menambalnya. Jadi kami perlu berhati-hati menjaga Alquran yang dititipkan ini. Sebenarnya ada dua Alquran. Hanya saja yang satu lagi ukurannya tidak besar dan ditulis tangan menggunakan tinta berwarna keemasan,” kata Dodi.

Untuk itu, UPT Perpustakaan sudah menyiapkan guide khusus yang akan menemani pengunjung. Tempat penyimpanannya pun berada di ruangan khusus yang dilengkapi dengan Air Conditioner (AC). (bersambung). (sumber : Harian Rakyat Bengkulu)