KPU Goes to Campus di Universitas Bengkulu

PARTISIPASI masyarakat pemilih merupakah salah satu indikator kunci untuk mengukur keberhasilan pelaksanan Pemilu. Oleh sebab itu, berbagai agenda yang dapat meningkatkan partisipasi pemilih terus dihelat oleh penyelenggara Pemilu khususnya KPU. Salah satunya adalah menggelar sosialisasi kepada kalangan mahasiswa sebagai pemilih pemula.

Sosialisasi Pemilu di dunia perguruan tinggi oleh KPU diberi tajuk KPU Goes to Campus. Di Universitas Bengkulu, kegiatan tersebut terlah berlangsung sukses dan meriah pada Selasa (16/11) di auditorium gedung C Unib, dengan melibatkan sekitar 300 mahasiswa dari berbagai fakultas.

Kegiatan yang bertema “Pemahaman Tentang KPU sebagai Penyelenggara Pemilu” itu dibuka secara resmi oleh Ketua KPU Provinsi Bengkulu Irwan Saputra, dan menampilkan tiga pembicara yaitu Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, M.Sc, Ketua MUI Provinsi Bengkulu Prof. Rohimin dan Komisioner KPU Pusat Juri Ardianto.

Ketua KPU Provinsi Bengkulu Irwan Saputra mengatakan, melalui kegiatan ini diharapkan para mahasiswa memahami fungsi dan peran penyelenggara Pemilu khususnya KPU, mengerti tahapan-tahapan, serta dapat menentukan sikap dalam menentukan pilihan sehingga tercipta Pemilu yang berkualitas.

Kemudian dari kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat membantu KPU menyebarluaskan informasi dan mensosialisasikan tahapan Pemilu kepada masyarakat luas. “Selain bisa menjadi pemilih pemula, mahasiswa bisa menjadi pioner-pioner Pemilu yang membantu meningkatkan pemahaman masyarakat, sehingga target 75 persen angka partisipasi masyarakat pada Pemilu 2014 dapat tercapai,” ujarnya.

Pada sesi pemaparan materi yang dimoderatori anggota KPU Provinsi Bengkulu Haris Munandar, Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, mengimbau mahasiswa untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu legislatif yang akan dihelat 9 April 2014 mendatang.

Kata Dr. Ridwan, ditinjau dari sosial ekonomi, demokrasi di Indonesia belum berjalan maksimal. Padahal, Indonesia merupakan negara demokrasi nomor tiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat.

Belum maksimalnya demokrasi di Indonesia disebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi bangsa masih rendah. “Negara maju cenderung demokratis. Artinya, walaupun bangsa kita adalah bangsa demokrasi terbesar dunia, namun karena belum bisa menjadi negara maju, maka belum bisa demokratis,” ujarnya.

Dr. Ridwan menambahkan, hingga saat ini proses demokrasi di Indonesia belum bisa membuat masyarakat merdeka secara ekonomi. Buktinya, sejumlah barang kebutuhan masyarakat masih menggunakan produk luar negeri.

“Namun demikian kita tidak boleh pesimis dan harus berusaha terus-menerus agar terjadi perubahan dan proses demokrasi bisa mensejahterakan masyarakat. Nah, perubahan itu bisa dilakukan melalui Pemilu. Oleh sebab itu, marilah kita gunakan hak pilih dan sama-sama berkomitmen menjadikan Pemilu 2014 sebagai Pemilu yang sukses dan berkualitas,” ujarnya.

Ketua MUI Provinsi Bengkulu Prof. Rohimin pada kesempatan itu menekankan agar seluruh elemen masyarakat khususnya kalangan mahasiswa sebagai pemilih pemula, mendasarkan pada rasa suka dan cinta terhadap Pemilu.

“Terhadap Pemilu kita harus melandasinya dengan rasa suka dan cinta. Sebab, Pemilu sangat penting dalam menentukan nasib bangsa di masa akan datang. Bila Pemilu tidak didasari rasa suka dan cinta, maka sulit mewujudkan Pemilu yang berkualitas,” ujarnya.

Sedangkan Juri Ardianto dalam pemaparannya menekan bahwa pada Pemilu 2014 nanti masyarakat harus berpartisipasi, dan cerdas dalam menentukan pilihan.

“Selain memahami proses dan tahapan Pemilu, masyarakat harus cerdas memilih. Jangan terjebak pragmatisme yaitu iming-iming uang atau kebutuhan sesaat dalam menentukan pilihan. Kenali dan pelajari rekam jejak calon, lihat dan amati apakah calon itu memiliki kapasitas dan integritas yang baik atau sebaliknya,” ujarnya. [hms1]