UNIVERSITAS BENGKULU

Perjalanan panjang menyusuri jalan lintas Sumatera, berlanjut ke ruas kabupaten dan kecamatan yang berliku, menjadi pembuka kisah pengabdian mahasiswa Universitas Bengkulu (Unib) dalam Ekspedisi Bumi Rafflesia #3. Setelah menempuh waktu sekitar tiga jam, rombongan mahasiswa akhirnya tiba di Desa Tanjung Kemenyan, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, sebuah desa sejuk dan asri yang menyimpan banyak potensi sekaligus tantangan.

Pelepasan peserta Ekspedisi Rafflesia#3 oleh Wakil Rektor III Unib Prof. Agustin Zarkani.(foto:ist-ril)

Ekspedisi Bumi Rafflesia #3 merupakan program pengabdian masyarakat yang digagas Kementerian Sosial dan Masyarakat BEM KBM Universitas Bengkulu 2025. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa lintas fakultas dan terbuka bagi mahasiswa se-Indonesia, sebagai wujud nyata peran generasi muda dalam mendukung pembangunan desa berbasis edukasi, kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi.

Kegiatan ini secara resmi dibuka pada 2 Desember 2025 melalui prosesi pelepasan peserta oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unib, Prof. Agustin Zarkani, S.P, M.Si, Ph.D, di halaman Gedung Rektorat Universitas Bengkulu.

Sebanyak 41 mahasiswa turut ambil bagian, terdiri atas 40 mahasiswa Unib dari delapan fakultas dan satu mahasiswa Universitas Sriwijaya. Seluruh rangkaian kegiatan dikoordinasikan langsung oleh Presiden Mahasiswa BEM KBM Unib, Teo Ramadhan Z.

Desa dengan Potensi Besar dan Keterbatasan Nyata

Pemilihan Desa Tanjung Kemenyan sebagai lokasi Ekspedisi Bumi Rafflesia #3 bukan tanpa alasan. Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan pada 13 September 2025, tim menemukan sejumlah keterbatasan infrastruktur dasar. Akses listrik belum menjangkau seluruh wilayah desa, sehingga sebagian warga masih mengandalkan genset dan panel surya. Jaringan internet pun sulit diakses, hanya tersedia di titik-titik tertentu dengan kualitas sinyal yang lemah. Sementara itu, kebutuhan air bersih masih bergantung pada sumur gali tanpa sistem distribusi yang memadai.

Gua di Desa Tanjung Kemenyan menjadi potensi wisata di tambah dengan keramahan masyarakat yang memegang teguh adat istiadat dan kesenian tradisional.(foto:ist-ril)

Di bidang pendidikan, desa ini memiliki satu PAUD dan satu Sekolah Dasar, yakni SD Negeri 063 Tanjung Kemenyan, dengan total 85 siswa dan 12 tenaga pendidik. Meski kondisi bangunan sekolah cukup baik, ketiadaan jenjang pendidikan lanjutan menjadi kendala serius bagi anak-anak desa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Dari sisi ekonomi, belum terdapat UMKM aktif. Namun, hasil pertanian dan potensi olahan produk lokal, seperti kopi dan hasil kebun lainnya, dinilai memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Selain itu, masyarakat setempat masih menjaga kuat adat istiadat dan kesenian tradisional, seperti Tari Gandai, yang menjadi identitas budaya desa.

Tak hanya itu, Tanjung Kemenyan juga menyimpan potensi wisata alam berupa gua dan perbukitan yang indah. Sayangnya, akses menuju lokasi wisata masih tertutup oleh pepohonan tumbang dan belum dikelola secara optimal.

Perangkat desa, guru-guru SD dan PAUD di Desa Tanjung Kemenyan antusias menyambut mahasiswa.(ist-ril)

Disambut Hangat, Dijalani Bersama

Kedatangan mahasiswa disambut antusias oleh Kepala Desa Tanjung Kemenyan, Rugiono, beserta perangkat desa dan masyarakat setempat. Ia menyampaikan apresiasi atas kepedulian mahasiswa dan menegaskan komitmen pemerintah desa untuk bekerja sama penuh demi kelancaran dan keberhasilan seluruh program pengabdian.

Selama tujuh hari pelaksanaan, mahasiswa tinggal di dua rumah warga yang dijadikan sekretariat, menyatu dengan kehidupan masyarakat. Kedekatan ini menjadi ruang belajar dua arah—mahasiswa berbagi ilmu, masyarakat berbagi pengalaman dan kearifan lokal.

Belajar Sambil Bermain, Mengabdi dengan Hati

Rangkaian kegiatan Ekspedisi Bumi Rafflesia #3 dimulai pada 3 Desember 2025 dengan berbagai aktivitas edukatif dan rekreatif. Anak-anak SD Negeri 063 Tanjung Kemenyan diajak mengikuti lomba estafet sarung dan permainan tradisional seperti gasing, sekaligus mendapatkan edukasi tentang nilai kebersamaan dan budaya lokal.

Murid-murid SD terlihat antusias dan riang gembira mengikuti perlombaan dan permainan ketangkasan.(ist-ril)

Di hari yang sama, mahasiswa juga menggelar Sosialisasi Cipta Usaha berbasis potensi lokal berupa pelatihan pengolahan bubuk kopi bagi masyarakat dewasa dan ibu-ibu rumah tangga. Bertempat di rumah Kepala Desa, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan membuka peluang pengembangan ekonomi rumah tangga.

Pada 4 Desember 2025, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman di lahan desa sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Di sekolah, anak-anak mengikuti lomba ular balon dan makan kerupuk untuk melatih kreativitas dan sportivitas. Sore harinya, mahasiswa mengadakan Sosialisasi Lingkar Kreasi dan Ecolife yang mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

Peserta Ekspedisi Bumi Rafflesia bangga bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada warga desa.(ist-ril)

Hari berikutnya, 5 Desember 2025, diisi dengan pemutaran film edukasi serta sosialisasi lagu area privasi kepada siswa SD, sebagai upaya membangun kesadaran sejak dini tentang perlindungan diri. Kegiatan ini ditutup dengan pembuatan Pohon Harapan, di mana anak-anak menuliskan cita-cita dan impian mereka, menanamkan keyakinan bahwa masa depan dapat diraih melalui pendidikan dan kerja keras.

Pada 6 Desember 2025, mahasiswa melaksanakan Medical Check Up serta sosialisasi pencegahan stunting dan bahaya NAPZA. Anak-anak diberikan pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang dengan memanfaatkan potensi pangan lokal, sekaligus dikenalkan pada bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Menariknya, setiap hari kegiatan selalu ditutup dengan Ngaji Ceria dan salat berjamaah di mushola desa. Kegiatan ini menjadi sarana pembinaan karakter dan spiritualitas anak-anak, sekaligus mempererat ikatan emosional antara mahasiswa dan warga.

Peserta Ekspedisi Bumi Rafflesia setiap sore melaksanakan Ngaji Ceria di Mushollah desa.(ist-ril)

Malam Puncak dan Jejak Kenangan

Pada 7 Desember 2025, suasana desa semakin semarak dengan digelarnya lomba voli antarwarga. Kebersamaan mencapai puncaknya pada malam hari melalui Malam Puncak Ekspedisi Bumi Rafflesia #3, yang diisi dengan penutupan resmi kegiatan, pengumuman pemenang lomba, pemutaran film dokumenter, pentas seni, serta penyampaian kesan dan pesan dari peserta dan masyarakat.

Keesokan harinya, 8 Desember 2025, seluruh peserta berpamitan dengan perangkat desa dan warga sebelum kembali ke Bengkulu. Kepulangan mahasiswa menandai berakhirnya rangkaian Ekspedisi Bumi Rafflesia #3 yang berjalan dengan tertib, lancar, dan penuh makna. Lebih dari sekadar program pengabdian, Ekspedisi Bumi Rafflesia #3 menjadi ruang pembelajaran sosial, kemanusiaan, dan kepemimpinan bagi mahasiswa.

Diharapkan, kegiatan ini dapat terus berlanjut sebagai wadah kolaborasi berkelanjutan antara Universitas Bengkulu dan desa-desa binaan, sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berdampak. [Laporan: Aimar Apda Hadis | Editor: Purna Herawan | Humas].