Setelah sebelumnya menggelar Lokakarya Penyusunan Visi, Misi, serta Alur Layanan Bimbingan dan Konseling pada 26 November lalu, Unit Penunjang Akademik Bimbingan dan Konseling (UPA-BK) Universitas Bengkulu kembali melanjutkan langkah strategisnya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Identifikasi Kerentanan Hidup Insan Akademika. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam penyiapan layanan bimbingan dan konseling yang lebih responsif dan berbasis kebutuhan nyata sivitas akademika.

FGD berlangsung pada 4 Desember 2025 di Ruang Rapat III Gedung Rektorat Unib, menghadirkan 30 peserta perwakilan dosen dan tenaga kependidikan dari delapan fakultas selingkung Universitas Bengkulu.
Kepala UPA-BK Unib, Yessilia Osira, S.Sos, M.P, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tahapan penting untuk memperkuat fondasi layanan bimbingan dan konseling di lingkungan kampus.
“FGD ini bertujuan mengidentifikasi kerentanan hidup insan akademika sebagai dasar penyiapan layanan bimbingan dan konseling,” tegasnya.


Perwakilan dosen dan Tendik memberikan masukan dan rekomendasi kepada UPA-BK tentang penguatan layanan bimbingan dan konseling serta penciptaan lingkungan kerja yang lebih inklusif.(foto:ist-arma)
Kegiatan diawali dengan pemaparan hasil Rapid Assessment bertajuk “Kerentanan Hidup Dosen dan Tenaga Kependidikan di Universitas Bengkulu”. Dalam paparannya, Kepala UPA-BK menyampaikan berbagai temuan terkait dinamika kehidupan sivitas akademika dan kerentanan yang mereka hadapi, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, maupun spiritual.
Temuan tersebut menjadi titik awal diskusi mendalam bersama peserta FGD untuk menggali lebih jauh bentuk dukungan institusional yang diperlukan.
Pada sesi diskusi kelompok, peserta dari berbagai fakultas memberikan masukan konstruktif terkait peningkatan lingkungan kerja yang sehat, penguatan dukungan terhadap kesehatan mental, manajemen stres, hingga perlunya kebijakan universitas yang lebih berpihak pada kesejahteraan psikososial pegawai akademik maupun tenaga kependidikan.

Secara umum, FGD menghasilkan pemetaan bahwa dosen dan tenaga kependidikan Unib menghadapi kerentanan multidimensi, mulai dari fisik, psikis, sosial, ekonomi, hingga spiritual. Intensitas kerentanan berbeda di setiap fakultas, namun seluruhnya menunjukkan urgensi penguatan layanan bimbingan dan konseling serta penciptaan lingkungan kerja yang lebih suportif dan inklusif.
Peserta FGD sepakat memberikan sejumlah rekomendasi kepada UPA-BK Unib, antara lain, melakukan penguatan program peningkatan kapasitas dosen dan tenaga kependidikan secara berkelanjutan, melakukan upaya pencegahan dan mitigasi kerentanan berbasis asesmen dan data lapangan, serta menyediakan kegiatan rekreasi dan family gathering untuk memperkuat ikatan sosial dan mendorong kesejahteraan emosional sivitas akademika.
Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen UPA-BK Unib dalam menghadirkan layanan bimbingan dan konseling yang adaptif, terukur, dan berdampak bagi keberlangsungan hidup akademik yang sehat dan produktif. [Lap: Rama | Editor: Purna Herawan | Humas].