UNIVERSITAS BENGKULU

Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (Satgas PPKPT) Universitas Bengkulu (Unib) menggelar workshop bertajuk “Stop Kekerasan: Membangun Lingkungan Kampus yang Aman” di ruang rapat utama Gedung Layanan Terpadu (GLT) Unib, Kamis (13/11/2025).

Ketua Satgas PPKPT Unib, Dr. Mona Ardina saat menyampaikan tujuan workshop.(foto:hms1)

Kegiatan ini menjadi sarana penyamaan persepsi sekaligus penguatan komitmen bersama seluruh sivitas akademika dalam mewujudkan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan. Pelaksanaan workshop juga merupakan tindak lanjut dari kebijakan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024, serta bagian dari pelaksanaan tugas Satgas PPKPT Unib yang resmi terbentuk pada Juli 2025 lalu.

Ketua Satgas PPKPT Unib, Dr. Mona Ardina, S.Psi, M.Si, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menyamakan persepsi seluruh pihak terkait tugas dan fungsi Satgas, serta meningkatkan kapasitas anggota agar optimal dalam menjalankan peran pencegahan, pendampingan, dan pembentukan budaya kampus anti kekerasan.

“Kita ingin menciptakan ekosistem kampus yang sadar, peduli, dan tidak mentolerir segala bentuk kekerasan. Melalui kegiatan ini, kita juga belajar dari praktik baik universitas lain seperti Untirta, serta memperkuat sinergi lintas unsur di Unib,” ujar Mona.

Workshop ini melibatkan pimpinan universitas dan fakultas, dosen, tenaga kependidikan, serta perwakilan mahasiswa dari delapan fakultas di lingkungan Unib. Dua narasumber dihadirkan, yakni Ketua Satgas PPKPT Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Muhamad Uut Lutfi, S.H, M.H, dan seorang psikolog, Vera Febriana, S.Psi.

Rektor Unib Prof. Indra Cahyadinata menyampaikan sambutan dan mengapresiasi workshop PPKPT.(foto:hms1)

Rektor: Membangun Kampus Aman adalah Tanggung Jawab Bersama

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Rektor Unib, Prof. Dr. Indra Cahyadinata, S.P, M.Si, dan turut dihadiri oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Agustin Zarkani, S.P, M.Si, Ph.D, Kepala Biro Perencanaan, Keuangan, dan Umum Drs. Jalaludin, serta Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Drs. Mirhasudin.

Dalam sambutannya, Rektor Prof. Indra menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya workshop ini serta berterima kasih kepada para narasumber yang telah berbagi ilmu dan pengalaman dalam pengelolaan Satgas PPKPT.

Rektor Unib memberikan cindera mata dan sertifikat kepada narasumber workshop.(foto:hms1)

“Pembentukan Satgas PPKPT bukan sekadar memenuhi regulasi, tetapi wujud komitmen moral kampus untuk menjaga marwah ruang belajar dan menciptakan kampus yang aman, inklusif, serta bebas dari kekerasan. Ini sejalan dengan visi Unib yang Unggul, Inovatif, dan Berdampak menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Rektor.

Ia juga menekankan bahwa membangun budaya anti kekerasan merupakan tanggung jawab seluruh warga kampus, bukan hanya Satgas semata. “Membiarkan kekerasan berarti membenarkan kekerasan. Karena itu, mari bersama-sama menjaga lingkungan kampus agar tetap menjadi ruang belajar yang aman dan bermartabat,” tambahnya.

Pembiaran Kekerasan Sama dengan Pembenaran Kekerasan

Dalam paparannya, narasumber Muhamad Uut Lutfi menjelaskan konsep dasar kekerasan, jenis-jenisnya, prinsip pencegahan, hingga mekanisme penanganan sebagaimana diatur dalam Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024. Ia menegaskan bahwa kasus kekerasan di kampus seringkali seperti fenomena gunung es, di mana banyak peristiwa tidak terlaporkan, terutama kekerasan seksual.

Ketua Satgas PPKPT Untirta, Muhamad Uut Lutfi, berbagi pengalaman dengan Satgat PPKPT Unib.(foto:hms1)

“Kita tidak boleh abai. Jumlah kasus yang tercatat jauh lebih sedikit daripada yang sebenarnya terjadi. Karena itu, pembiaran terhadap kekerasan sama artinya dengan pembenaran terhadap kekerasan,” ujarnya.

Uut Lutfi juga menekankan bahwa bentuk kekerasan mencakup fisik, psikis, seksual, perundungan, diskriminasi, intoleransi, hingga kebijakan yang mengandung unsur kekerasan. Menurutnya, kekerasan di kampus kerap muncul karena relasi kuasa dan relasi asmara. “Salah satu tugas penting Satgas PPKPT adalah melakukan edukasi dan membangun budaya bersama untuk mencegah kekerasan dalam bentuk apapun,” imbuhnya.

Wawancara Empati untuk Menangani Korban Kekerasan

Sementara itu, Psikolog Vera Febriana menekankan pentingnya seluruh anggota Satgas memiliki kemampuan Empathic Interviewing Skills dan teknik mendengarkan aktif dalam menangani korban kekerasan. “Dalam proses wawancara, kita harus menciptakan suasana aman, mendengarkan secara aktif, memvalidasi perasaan korban, menjaga kerahasiaan, serta memberikan dukungan yang sesuai,” jelasnya.

Foto bersama Rektor Unib, Satgas PPKPT, narasumber dan seluruh peserta workshop.(foto:hms1)

Ia juga mengingatkan agar pewawancara tidak menyalahkan korban, tidak menjanjikan solusi instan, dan tidak membandingkan pengalaman korban dengan orang lain. “Pendekatan empatik akan sangat membantu Satgas dalam memberikan pendampingan yang berkeadilan dan manusiawi,” ujarnya.

Sebagai bentuk apresiasi, Rektor Unib menyerahkan cendera mata dan sertifikat kepada kedua narasumber, disusul sesi foto bersama seluruh peserta workshop.

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat komitmen Unib menciptakan kampus yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan. [Purna Herawan | Humas].